Di Pulau Aogashima, Penduduknya Tinggal di Dalam Kawah

By Aan Madrus, Selasa, 21 Agustus 2018 | 11:30 WIB
Rumah-rumah penduduk berada di dalam cekungan kaldera. Di dalam kaldera itu terdapat kaldera kecil. (Creative Commons)

Bobo.id - Menyebut kata Tokyo, pasti yang terbayang adalah kota metropolitan, ibukota Jepang yang sangat ramai, padat, dan modern.

Kita tak pernah membayangkan, di wilayah Tokyo ada bagian yang sepi, jarang penduduknya, jauh dari modern, bahkan fasilitas internet pun tak ada. Itulah Pulau Aogashima.

Baca juga: Planetarium Alami di Pulau Aogashima

Gunung Berapi

Aogashima adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Laut Filipina, Jepang.  

Meskipun jaraknya dari Tokyo sekitar 358 km, Aogashima merupakan bagian dari wilayah Tokyo dan secara adminstratif berada di bawah pemerintah Prefektur (Provinsi)Tokyo.

Aogashima adalah pulau paling selatan dan paling terpencil di Kepulauan Izu.

O iya,  Aogashima juga merupakan bagian dari Taman Nasional Fuji-Haikone-Izu.

Pulau Aogashima luasnya sekitar 8,75 km2. Panjangnya 3,5 km dengan lebar 2,5 km.

Aogashima adalah pulau vulkanik. Jadi, sebenarnya Aogashima adalah sebuah gunung yang masih aktif.

Pulau Aogashima terbentuk oleh 4 buah kaldera yang saling tumpang tindih. Maksudnya, di dalam kaldera ada kaldera lagi.

Kaldera adalah cekungan atau kawah vulkanik yang terbentuk akibat letusan gunung berapi.

Dilihat dari atas, bentuk pulau Aogashima seperti sebuah wajan.

Pulau ini dikelilingi oleh tebing  yang tinggi dan terjal.

Gunung ini terakhir kali meletus pada tahun 1785.

Letusannya telah menewaskan sekitar 140 penduduk dari sekitar 375 jumlah penduduk yang mendiami pulau Aogashima saat itu.

Baca juga: Mesa Verde, Kampung Kuno di Tebing Batu Karang

Dari atas, Pulau Aogashima terlihat cekung seperti wajan. (ja.wikipedia.org)

Tinggal di Dinding Kawah

Meskipun Aogashima termasuk gunung berapi kelas C, gunung itu perlu diwaspadai karena bisa saja sewaktu-waktu meletus.

Namun 170 penduduk pulau itu hidup tenang-tenang saja di pulau terpencil yang hanya memiliki satu kantor pos, satu sekolah dasar, dan satu sekolah menengah.

Sebagian besar penduduk tinggal di dinding kawah.

Umumnya mereka hidup dari bertani, meskipun ada juga beberapa orang pegawai pemerintahan.

Sebetulnya mereka sudah tahu cerita tentang dahsyatnya letusan gunung Augoshima. Tetapi mereka tetap bertahan untuk tinggal di situ.

Menurut mereka, letusan itu sudah lama terjadi. Sudah lebih dari 230 tahun yang lalu. Untuk apa memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi.

Lebih baik fokus pada pekerjaan mengolah tanah yang sangat subur akibat letusan gunung. Selain subur, Aogashima juga sangat indah.

Baca juga: Mengunjungi Cu Chi, Kampung Bawah Tanah di Vietnam

Pulau Aogashima dikelilingi oleh dinding yang tebal dan terjal. Pulau ini tak memiliki pantai dan teluk. (Creative Commons)

Naik Helikopter

Aogashima hanya bisa dicapai dengan helikopter berpenumpang 9 orang. Helikopter itu take off dari pulau Hachijojima.

Menggunakan kapal aut lagak sulit, karena pulau Aogashima dikelilingi tebing yang tinggi dan terjal.

Di sana tidak ada pantai dan teluk, sehingga agak  berbahaya bagi penumpang kapal untuk berlabuh di sana.

Namun sekarang sedang dibangun dermaga kapal sehingga kapal akan bisa berlabuh dengan aman.  

Sebuah dermaga sedang dibangun. Kapal akan bisa berlabuh dengan aman. (Creative Commons)
          

Baca juga: Mengunjungi Dusun Tradisional, Dusun Sasak Sade