Selama dua abad, para ahli ornitologi, yaitu ahli yang mempelajari burung, menganggap kalau warna pada telur unggas saat ini terjadi secara alami.
Warna pada telur unggas menunjukkan karakteristik dalam lingkungan burung bertelur dan perilakunya.
Selain itu, burung modern hanya menggunakan beberapa jenis pigmen untuk menghasilkan semua warna telur dan juga motif bintik-bintik.
Untuk menganalisa tentang warna telur dinosaurus, Wienmann dan timnya menganalisis 18 sampel cangkang fosil dinosaurus dari seluruh dunia untuk meneliti pigmen cangkang telur.
Peneliti kemudian menemukan pigmen ini dalam cangkang telur milik dinosaurus Eumaniraptoran, yang termasuk dinosaurus karnivora kecil seperti Velociraptor.
Baca Juga : 5 Tips Mudah untuk Meningkatkan Daya Ingat, Pernah Coba?
Dari penemuan ini, peneliti menyimpulkan kalau warna telur berevolusi bersamaan dengan sarang terbuka yang dimiliki oleh dinosaurus.
Sarang terbuka yang dimiliki dinosaurus ini akan memancing dinosaurus pemburu atau parasit yang menyebabkan telur dinosaurus menjadi tidak sehat.
Nah, hal inilah yang membuat telur dinosaurus berevolusi dalam hal warna dan juga bintik-bintik yang dimiliki telur.
Berkat penemuan ini, kurator Museum Sejarah Alam Amerika mencatat kalau telur sudah berevolusi jauh sebelum burung atau unggas muncul.