Babad Diponegoro Menjadi Warisan Ingatan Dunia UNESCO

By Sylvana Toemon, Senin, 12 November 2018 | 15:56 WIB
Salinan Babad Diponegoro di Perpustakaan Nasional RI (Sylvana Toemon)

Dari Kerajaan Majapahit Sampai Pembuangan ke Manado

Cerita diawali pada masa Kerajaan Majapahit sampai Kerajaan Mataram dalam masa pemerintahan Panembahan Senopati.

Kemudian diteruskan pada perpecahan Kerajaan Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta.

Cerita ini kemudian dilanjutkan dengan kisah kehidupan dan pada masa perang yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.

Catatan ini diakhiri dengan catatan pertemuan Pangeran Diponegoro dengan Letnan Jenderal Hendrik Markus de Kock di Magelang.

Pertemuan ini berakhir dengan penangkapan Pangeran Diponegoro yang kemudian dibuang ke Manado.

Baca Juga : Macapat, Tembang Kehidupan

Macapat

Pada bagian kisah kehidupan Pangeran Diponegoro, kisah ini ditulis dalam bentuk macapat.

Bentuk macapat memang umum digunakan untuk menggambarkan perjalanan kehidupan orang Jawa.

Kata-kata dalam kisah ini disusun seperti puisi, yang biasanya dibacakan dengan menggunakan nada.

Dalam macapat ini Pangeran Diponegoro menampilkan dirinya sebagai orang ketiga.

Baca Juga : Layanan Anak di Perpustakaan Nasional RI

Warisan Ingatan Dunia

Pada tahun 2012, Babad Diponegoro diajukan menjadi Warisan Ingatan Dunia (Memory of the World) ke UNESCO.

Pengajuan ini dilakukan secara bersama oleh Perpustakaan Nasional RI dan lembaga di Belanda.

Pengajuan bersama ini dilakukan karena salinan naskah babad Diponegoro yang ditulis menggunakan aksara Arab disimpan di Perpustakaan nsional RI.

Sedangkan yang ditulis dalam aksara Jawa tersimpan di Belanda.

Babad Diponegoro dinyatakan sebagai Warisan Ingatan Dunia pada tahun 2013.

Lihat juga video ini, yuk!