Keesokan harinya Chi Ming mengingat-ingat mimpinya. Setelah bersiap-siap, ia lalu pergi ke lembah yang dimaksud itu. Ternyata apa yang dikatakan Dewa Batu itu benar.
Dengan hati-hati Chi Ming masuk ke dalam gua itu.
"Hei, anak muda! Mau apa kau di sini?" tanya seorang peri dengan bengisnya.
"Ayo, cepat keluar sebelum kupukul kau!" perintah seorang peri lainnya yang tak kalah bengisnya.
"Selamat siang, para peri! Aku datang kemari hendak mengunjungi kalian. Lihat apa yang kubawakan untuk kalian," kata Chi Ming lalu membuka bekalnya dan membagi-bagikannya pada mereka. Ada ikan, tahu, tempe dan kol.
Baca Juga : Lautan Terisap oleh Bumi, Kok Bisa, ya? Apakah Ini Berbahaya?
Peri-peri itu lalu makan makanan itu dengan lahap sekali. Sekarang perut mereka sudah kenyang. Pemimpin peri itu lalu mendekati Chi Ming dan katanya, "Terima kasih, anak muda. Sekarang kau boleh mengambil segala sesuatu yang ada di dalam goa ini. Emas, intan ataupun perak."
"Terima kasih! Aku tak ingin emas ataupun yang lainnya. Yang kuingini hanya satu, yaitu batu pengasah ajaib," sahut Chi Ming.
"Batu pengasah ajaib?" ujar yang lain keheranan. Mereka tak mengira kalau Chi Ming akan meminta batu tersebut. Tapi bukankah pemimpin peri sudah berjanji akan memberikan apa yang ada di situ.
Pemimpin peri itu lalu memberikan batu itu. Setelah mengucapkan terima kasih, Chi Ming pun pulang. Di tengah perjalanan perut Chi Ming lapar sekali. Ya, bukankah ia belum makan sejak siang tadi. Chi Ming lalu mencoba keajaiban batu itu.
Baca Juga : Ikan Buntal Bisa Membuat Lingkaran Indah di Dasar Laut, Lihat 3 Fakta Ikan Buntal, yuk!
Olala, ternyata batu itu benar-benar ajaib. Ketika Chi Ming menyatakan keinginannya, tak lama kemudian di hadapan Chi Ming tersedia makanan yang lezat-lezat. Chi Ming pun memakannya dengan lahap sekali.
Chi Ming bukanlah orang yang serakah. Ia tak pernah meminta barang-barang untuk keperluan pribadi. Ia hanya minta kapal, jala dan alat-alat pancing. Oh, alangkah bahagianya Chi Ming sekarang. Meskipun demikian ia tetap Chi Ming yang dulu. Tidak serakah dan baik hati.
Melihat Chi Ming yang kini sudah menjadi orang kaya, Chi Hua iri hati. Setiap hari ia memperhatikan tingkah laku adiknya. Ia ingin tahu, apa sebabnya adiknya kini menjadi kaya. Ternyata batu pengasah ajaib itu. Pada suatu malam ketika Chi Ming sedang tidur, Chi Hua mencuri batu ajaib itu. Lalu, ia pergi ke tengah laut.
Baca Juga : Kapal 2.400 Tahun Lalu Ditemukan di Laut Hitam, Bagaimana Kondisinya?
"Mmm, apa yang akan kupinta. Oh yah, garam saja. Nanti garam itu akan kujual kepada penduduk. Waaaah... waaah aku akan menjadi kaya," kata Chi Hua dalam hati.
Chi Hua lalu meminta garam. Batu pengasah pun mengabulkan permintaannya. Makin lama garam di kapal Chi Hua semakin banyak. Sampai-sampai Chi Hua tak tahu lagi ke mana ia harus meletakkannya. Chi Hua lalu menyuruh batu pengasah itu berhenti, tapi batu pengasah itu tetap saja memberikan garam. Ya, Chi Hua tak tahu bagaimana caranya ia menyuruh batu ajaib itu berhenti membuat garam.
Baca Juga : Terlihat Seperti Ransel, Siput Laut Ini Digunakan untuk Menghindari Predator
Lama-kelamaan kapal Chi Hua semakin berat dengan garam. Dan akhirnya, Chi Hua bersama kapalnya tenggelam. Menurut kepercayaan orang-orang Taiwan, batu pengasah yang tenggelam bersama kapal Chi Hua tetap membuat garam. Akibatnya air laut menjadi asin."*(Cis)
Cerita: Arsip Bobo. Ilustrasi: Dok. Majalah Bobo
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR