Bobo.id – Ayo, sudah berapa kali teman-teman makan mi instan selama satu bulan ini? Rasa apa yang paling kamu suka?
Orangtua kita pasti selalu mengingatkan untuk tidak terlalu banyak makan mi instan. Kita disarankan untuk lebih banyak makan makanan sehat, seperti sayur dan buah.
Kenyataannya, sayur dan buah memang jauh lebih sehat dibanding mi instan.
Baca Juga : Mengisi Waktu Liburan Sekolah, Buat Donat Mi Saus Keju, yuk!
Bicara soal mi instan, tahukah teman-teman, negara mana yang paling banyak mengonsumsi mi instan? Lalu, Indonesia ada di posisi berapa, ya?
Menurut data dari “Global Demand of Instant Noodles, Indonesia menempati posisi dua, lo.
Baca Juga : Soba, Mi Khas Jepang yang Bermanfaat Mencegah Penyakit Beri-beri
Baca Juga : Wow, Mi Gorengnya Bisa Terbang! Ini Rahasia Di Balik Mi Melayang
Lihat peringkat lengkapnya, yuk!
1. Tiongkok & Hongkong
Dua negara ini menempati posisi pertama dengan total konsumsi mi instan sejumlah 38.970 juta porsi. Wah, banyak sekali, ya, teman-teman.
Di Tiongkok, mi instan terbuat dari sup daging sapi yang dicampur dengan rempah-rempah, seperti kayu manis, dan cengkeh.
Sedangkan di Hongkong, lebih suka dengan mi instan rasa seafood, seperti udang, dan ikan.
2. Indonesia
Di Indonesia mi yang paling popular adalah mi goreng.
Orang Indonesia paling senang dengan mi yang menggunakan bumbu cabai.
Jumlah konsumsi mi instan di Indonesia adalah 12.620 juta porsi.
Baca Juga : Pecinta Pizza, Ada Permainan Monopoli Baru Versi Pizza Game!
3. Jepang
Walaupun mi instan berasal dari Jepang, tapi ternyata jumlah konsumsi mi masih kalah dibandingkan China dan Hongkong.
Jumlah penyajiannya sebesar 5.660 juta porsi.
Nah, di Jepang, ada banyak jenis mi yang ada, seperti soba, dan, udon.
Ada juga mi rendah kalori untuk masyarakat yang sadar terhadap kesehatan.
4. India
Jumlah penyajian di India tidak begitu jauh dengan Jepang, yakni sejumlah 5.420 juta porsi.
Karena India populer dengan kari, maka mi rasa kari (masala) dan rasa ayam tikka yang paling popular di sana.
60% masyarakat India adalah vegetarian, sehingga makan dengan sayur dan tomat yang paling banyak dikonsumsi.
Baca Juga : Penyebab Perut Sakit dan Bunyi Saat Lapar, Sering Mengalaminya?
5. Vietnam
Jumlah konsumsi mi yang ada di negara ini berjumlah 5.060 juta porsi.
Biasanya mi yang paling populer adalah mi dengan rasa Tom Chuacay, yakni campuran udang dan asam.
Masyarakat di Vietnam juga sering menambahkan bawang, lemon, dan paprika, ketika memasak mi instan.
Biasanya mi dimakan ketika sarapan dan makan malam.
6. Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, rasa yang paling popular adalah mi rasa ayam.
Jumlah permintaan mi instan di sana adalah 4.130 juta porsi.
Orang Amerika biasa makan mi yang pendek menggunakan sendok dan garpu.
Kemudian, memasaknya menggunakan oven.
Baca Juga : Ini Daftar Negara di Asia Tenggara yang Memiliki Hari Libur Terbanyak
7. Filipina
Filipina masuk dalam peringkat ke tujuh dengan jumlah 3.750 juta porsi.
Mi goreng di Filipina, disebut Pancit Canton. Rasa yang paling popular adalah Calamondin (buah jeruk) dan cabe pedas.
Selain itu, masyarakat di Filipina lebih senang makan mi cup.
8. Korea
Korea menempati posisi 8 dengan jumlah 3740 juta porsi.
Orang Korea sangat senang dengan mi yang pedas sampai berwarna merah.
Biasanya mi yang berkuah dengan rasa seafood atau sapi juga jadi populer.
Masyarakat di Korea lebih senang dengan kuah yang kental dan mi yang bertektur kenyal.
Baca Juga : Wah, Berlian Terbesar Berhasil Digali di Sebuah Pertambangan di Kanada
9. Thailand
Di Thailand rasa yang populer adalah tom yum dan suki Thailand.
Mi yang dibuat juga harus terasa pedas. Jumlah penyajian mi di Thailand sebesar 3.390 juta porsi.
10. Brazil
Nah, kalau di Brazil jumlah penyajian mi hanya sekitar 2.230 juta porsi.
Orang Brazil lebih suka sup krim dan tekstur mi yang mirip dengan pasta.
Masyarakat Brazil juga lebih senang dengan rasa garam yang kuat, menggunakan ayam, daging sapi, tomat, keju, dan bacon.
Baca Juga : Wah, Wahana Chang'e 4 Milik Tiongkok Berhasil Mengorbit di Bulan
Lihat juga video ini, yuk!
Source | : | seasia.co |
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR