Bu Hudson sendiri, sangat kagum pada Sherlock Holmes dan tidak pernah mengganggu kegiatan penyewa rumahnya itu. Walau kadang tindakan Holmes keterlaluan, Bu Hudson tetap menyukai Holmes karena menurutnya Holmes sangat lembut dan sopan.
Bu Hudson menyayangi Holmes dengan tulus. Itu sebabnya, ia sangat sedih ketika tahu Holmes jatuh sakit. Ia datang ke rumah dr. Watson dan melaporkan keadaan Holmes sambil menangis sedih.
"Dokter Watson, sahabatmu Pak Holmes sedang sekarat,” cerita Bu Hudson. "Selama tiga hari dia tidak keluar dari kamarnya. Aku ragu, apa dia bisa bertahan hidup sampai hari ini. Dia melarangku memanggil dokter. Pagi ini, aku menengoknya. Oh, dokter Watson! Pak Holmes sangat kurus sampai tulang-tulang wajahnya terlihat. Matanya jadi terlihat besar. Dia sepertinya tak sanggup berdiri lagi. Aku akhirnya bilang padanya. Pokoknya, aku akan memanggil dokter. Pak Holmes akhirnya berkata, panggilkan dokter Watson saja!”
Bu Hudson menatap dr. Watson dengan pandangan mendesak.
Baca Juga : Wah, Surat untuk Sinterklas dari 120 Tahun Lalu Ditemukan! Apa Isinya?
“Dokter Watson, dokter harus segera datang memeriksa Pak Holmes. Kalau tidak, dokter akan menyesal melihatnya meninggal!"
Dokter Watson ikut merasa ngeri mendengar perkataan Bu Hudson. Ia cukup terkejut karena sahabatnya itu ternyata sedang menderita sakit parah. Dokter Watson bergegas mengambil mantel dan topinya.
Saat berada di kereta kuda bersama dokter Watson, Bu Hudson bercerita lebih lanjut.
"Ada sedikit informasi yang bisa saya ceritakan, dokter! Pak Holmes sedang meneliti sebuah kasus di daerah Rotherhithe. Ada kejadian di sebuah jalan kecil di dekat sungai. Saat pulang ke rumah, Pak Sherlock langsung menderita sakit. Dia naik ke tempat tidurnya pada hari Rabu sore dan tidak pernah turun lagi sejak itu. Selama tiga hari ini tidak ada makanan maupun minuman yang melewati bibirnya."
"Ya Tuhan! Mengapa Ibu tidak segera memanggil dokter?"
"Pak Sherlock melarangku, dokter. Aku tidak berani untuk tidak patuh padanya. Tapi hari ini dia sudah sekarat. Aku terpaksa melanggar larangannya…” cerita Bu Hudson sambil menangis lagi.
Baca Juga : Penduduk Amerika Serikat Saat Ini Bisa Mengadopsi Pohon Natal, lo!
Beberapa waktu kemudian, Bu Hudson dan dokter Watson sampai di rumah Bu Hudson. Dokter Watson bergegas masuk ke kamar Sherlock Holmes. Kini tampaklah sahabatnya itu sedang terbaring menyedihkan di kamarnya yang suram.
Dokter Watson mengamati keadaan sahabatnya itu. Wajahnya kurus kering. Matanya memerah karena demam. Ia menatap dokter Watson dengan tatapan lemah, sehingga membuat dokter Watson terpaku. Tulang Holmes tampak menonjol di pipinya. Ada kerak gelap menempel di bibirnya. Tangannya juga tampak kurus bergerak gelisah di atas selimut. Suaranya serak saat menyapa dokter Watson yang bergerak mendekat.
"Watson sahabatku… Tampaknya, hari-hari akhirku akan tiba…” ujar Holmes dengan suara lemah namun santai seperti biasanya.
"Sahabatku…” seru Dokter Watson sedih sambil mendekati Holmes.
“Kau tidak boleh mendekat. Tetap di sana, atau aku usir keluar rumah!” seru Holmes tegas seakan sahabatnya dalam bahaya.
Dokter Watson berhenti melangkah dengan heran.
"Kenapa, Holmes? Aku harus memeriksamu!"
"Ini sudah keinginanku! Apa kau tidak bisa menuruti keinginanku?” seru Holmes.
Baca Juga : Miliki Beberapa Syarat Ini Kalau Mau jadi Detektif yang Hebat
Dokter Watson jadi teringat cerita Bu Hudson padanya. Memang Holmes keras kepala tak mau diperiksa walau keadaannya sungguh menyedihkan.
"Aku hanya ingin membantu, Holmes!” kata dokter Watson.
"Tepat! Kamu memang harus membantuku. Dengan cara tidak mendekati aku! Kamu tidak marah, kan?” kata Sherlock Holmes lagi. Napasnya mulai terengah-engah karena banyak bicara.
Bagaimana aku bisa marah. Kamu terbaring menyedihkan di depanku, pikir dokter Watson cemas.
“Kamu tidak boleh mendekati aku, Watson. Ini demi keselamatanmu sendiri. Aku tahu persis, penyakit apa yang aku derita. Aku terjangkit penyakit menular yang berasal dari Indonesia!” cerita Sherlock Holmes.
Dokter Watson mendelik kaget.
“Penyakit menular?”
Baca Juga : Detektif Makan Siang
“Ya, penyakit menular yang sangat mematikan. Hanya dokter dari Belanda yang pernah menyelidiki tentang penyakit ini!” jelas Sherlock Holmes. Ia menggerak-gerakkan tangannya dengan menyentak, mengusir dokter Watson agar menjauh lagi.
“Penyakit ini menular dengan cara sentuhan, Watson. Walau hanya tersentuh sedikit, kau bisa terjangkit. Kau harus jaga jarak dengan aku, maka kau akan baik-baik saja…”
"Astaga, Holmes! Apa kau kira penyakit menular akan membuat aku menjauh darimu? Walau orang asing yang sakit, aku akan tetap menolongnya. Apalagi kamu, sahabat lamaku. Tentu saja aku harus merawatmu!”
Sekali lagi dokter Watson mendekat maju. Namun Sherlock Holmes menatap sahabatnya itu dengan tatapan marah dan berteriak serak,
"Kalau kau tak mau mendengar perintahku, lebih baik kau tinggalkan kamarku!” (Bersambung)
Cerita: Arsip Bobo
Baca Juga : Yuk, Berkenalan dengan Mereka yang ada di Balik Cerita-Cerita Detektif!
Lihat juga video ini, ya.
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR