Bobo.id - Jalan Raya Gubeng di Surabaya secara tiba-tiba amblas pada Selasa malam, teman-teman.
Saat ini pemerintah kota Surabaya masih mencari penyebab amblasnya Jalan Raya Gubeng yang amblas dengan kedalaman 20 sampai 30 meter dengan panjang sekitar 100 meter.
Fenomena tanah amblas seperti ini sebelumnya pernah terjadi juga di sebuah area persawahan di Sukabumi pada bulan September.
Bedanya, tanah amblas yang terjadi di Sukabumi ini berbentuk bulat dan disebut dengan sinkhole.
Baca Juga : Masih Aktif Jadi Tambang Kapur, Bukit Jaddih Jadi Tempat Wisata Keren
Selain tanah amblas dan sinkhole, fenomena pergerakan tanah juga pernah terjadi beberapa saat setelah gempa yang melanda Kota Palu pada 28 September yang lalu.
Fenomena tanah amblas yang terjadi di Kota Palu disebut dengan likuefaksi dan membuat banyak rumah roboh.
Ketiga fenomena ini merupakan fenomena tanah bergerak, lalu apa perbedaan tanah amblas, sinkhole, dan likuefaksi, ya?
Baca Juga : Tanah di Suatu Daerah Bisa Tiba-tiba Amblas, Apa Penyebabnya, ya?
Tanah Amblas
Fenomena tanah amblas seperti yang terjadi di Surabaya ini bisa terjadi karena beberapa faktor, teman-teman.
Faktor tersebut bisa berupa faktor alam atau faktor kegiatan manusia di permukaan Bumi.
Faktor alam yang menyebabkan tanah amblas bisa berbagai macam, seperti hujan yang turun deras atau terus menerus, getaran, batuan yang kurang padat, atau erosi.
Sedangkan kegiatan manusia yang bisa menyebabkan tanah amblas contohnya adalah penggunaan air yang berlebihan, beban berat, timbunan tanah, dan juga daerah tersebut menjadi daerah buangan sampah.
Berbagai faktor tadi menyebabkan tanah kehilangan kekuatannya dan kemudian amblas dan menyebabkan lubang.
Baca Juga : 4 Makanan yang Bisa Membersihkan Gigi, Pernah Coba?
Sinkhole
Sinkhole termasuk dalam salah satu fenomena tanah amblas, teman-teman.
Bedanya, sinkhole adalah lubang di tanah yang muncul akibat adanya air yang terkumpul dan tidak bisa keluar karena tidak ada penyaluran air untuk keluar.
Selain itu, sinkhole juga bisa terjadi karena adanya pengikisan tanah atau erosi batuan kapur yang larut karena air, asam, atau air laut.
Fenomena sinkhole banyak terjadi di daerah dengan batuan kapur, daerah drainase air, bahkan bisa terjadi di daerah kering juga, lo.
Hampir sama seperti tanah amblas, sinkhole juga bisa diperparah dengan adanya aktivitas manusia di permukaan bumi, nih, teman-teman.
Baca Juga : Dongeng Anak: Petualangan Mogi Si Tikus Tanah
Likuefaksi
Fenomena tanah bergerak lainnya adalah likuefaksi, yang beberapa terjadi setelah gempa melanda Kota Palu bulan September lalu.
Meskipun termasuk fenomena tanah begerak, fenomena likuefaksi biasanya disebabkan oleh getaran seperti gempa bumi, teman-teman.
Likuefaksi disebut juga dengan pencairan tanah dan terjadi ketika tanah kehilangan kekuatan dan kekakuan secara mendadak.
Baca Juga : Luksemburg Akan Jadi Negara Pertama yang Menggratiskan Angkutan Umum
Akibatnya, tanah akan berubah dari padat menjadi cair dan amblas, sehingga menyebabkan bangunan atau benda-benda di permukaan roboh atau terseret tanah yang mencair tadi.
Fenomena likuefaksi ini diumpakan seperti kita mengaduk bubuk dengan air yang membuatnya menyatu dan menjadi cairan.
Likuefaksi ini biasa terjadi di daerah berpasir, jenuh, dan longgar atau memiliki kepadatan yang rendah dan berongga.
Nah, saat ada gempa bumi, getaran tersebut menyebabkan air di dalam tanah mengisi rongga dari pasir tadi, dan membuat pasir larut bersama air.
Lihat video ini juga, yuk!
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR