Bobo.id - Hei teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerita misteri hari ini.
Cerita misteri hari ini adalah kelanjutan dari cerita misteri sebelumnya mengenai Detektif Sakit Parah.
Yuk, kita langsung baca cerita misteri hari ini.
-------------------------------------------
Baca Juga : Ragam Wayang di Nusantara, dari Wayang Sada Hingga Wayang Potehi
Dokter Watson kembali duduk dalam keheningan dan membiarkan waktu berlalu. Holmes tampaknya memperhatikan jam juga sebab ketika mendekati pukul enam, ia mulai mengoceh lagi.
"Sekarang, Watson," katanya. "Apakah di sakumu ada uang koin?”
"Ada."
"Ada berapa koin?”
“Mungkin cuma sekitar lima koin!”
"Ah, terlalu sedikit! Terlalu sedikit! Betapa malangnya kamu, Watson! Kalau kau punya banyak koin. Lima bisa kamu masukkan ke kantong kiri, dan lima di kanan. Supaya kamu bisa berjalan dengan seimbang…”
Baca Juga : Hidup Tersembunyi Selama Ribuan Tahun, Bagaimana Penguin Adelie Bisa Bertahan?
Baca Juga : Jose Mourinho Diberhentikan dari Manchester United, Siapa Penggantinya?
Dokter Watson bergidik. Sahabatnya mulai mengoceh tidak karuan seperti orang gila.
“Sekarang, tolong nyalakan lampu gas, Watson. Nyalakan kecil saja. Ya, bagus, terimakasih! Tolong letakkan surat-suratku dan kertas-kertas itu di meja di dekatku. Terimakasih, Watson. Ada jepitan gula kubus juga di sana. Pakailah jepitan itu untuk membawa kotak gading kecil tadi dan letakkan di antara kertas-kertasku. Bagus! Sekarang, tolong pergi jemput Pak Culverton Smith, di jalan Lower Burke Street 13."
Sebetulnya, dokter Watson tidak punya keinginan lagi untuk mencari dokter, karena keadaan Holmes sudah semakin lemah. Apalagi Holmes mengigau begitu parah sehingga dokter Watson takut terjadi sesuatu jika meninggalkan Holmes sendirian.
Akan tetapi, kini Holmes sendiri yang ingin mencari pertolongan.
"Aku belum pernah mendengar nama itu!” kata dokter Watson.
"Mungkin kau belum pernah dengar, Watson. Tapi kau akan kaget kalau tahu Pak Culverton Smith ini adalah pria yang paling paham tentang penyakitku ini. Dia bukan seorang dokter, tapi pemilik perkebunan yang cukup dihormati di Sumatera, Indonesia.
Baca Juga : Hewan-hewan Ini Memiliki Masa Kandungan Lebih dari Satu Tahun
Sekarang dia sedang berkunjung ke London. Ketika ada wabah penyakit di perkebunannya, yang jauh dari bantuan medis, dia meneliti sendiri tentang penyakit ini, walau sebetulnya berbahaya.
Kalau kau pergi ke rumahnya sebelum pukul enam, kau tak akan menemukannya di ruang kerjanya. Aku harap, kau bisa membujuknya datang ke sini dan membantuku mengobati penyakit ini. Dia pasti punya obat penyembuh penyakit tropis ini,” kata Holmes dengan susah payah dan terengah-engah.
Gerakan tangannya menunjukkan ia merasa sangat kesakitan. Keadaannya semakin buruk selama beberapa jam dokter Watson bersamanya. Tampak juga keringat dingin di dahinya. Walau sakit parah, Holmes masih tetap saja suka memerintah, pikir dokter Watson.
"Ceritakan pada Culverton Smith bagaimana keadaanku, seperti yang kau lihat sekarang ini,” kata Holmes lagi. “Ceritakan dengan kata-katamu sendiri, bagaimana keadaanku yang sekarat dan terus-terusan mengigau ini. Oo… aku tak mengerti. Mengapa dasar lautan tidak hanya berisi lapisan padat tiram-tiram? Makhluk-makhluk itu kan sangat mudah berkembang biak. Oooh… pikiranku kacau lagi, Watson. Apa yang aku katakan barusan?”
"Petunjuk tentang apa yang harus aku ceritakan pada Culverton Smith."
"Ah, ya, aku ingat. Hidupku tergantung padanya. Mohonlah padanya untuk datang menyelamatkanku. Dulu, aku berhasil membongkar kejahatan yang dilakukannya pada keponakannya yang mati secara mengerikan. Culverton Smith jadi dendam padaku.
Baca Juga : Tanah di Suatu Daerah Bisa Tiba-tiba Amblas, Apa Penyebabnya, ya?
Kau harus melunakkan hatinya, Watson. Mohonlah padanya, bawalah dia ke sini dengan cara apapun. Dia bisa menyelamatkanmu. Hanya dia yang bisa….”
"Aku janji akan bawa dia ke sini bersamaku,” janji dokter Watson.
"Jangan lakukan itu! Bujuk saja dia untuk datang ke sini. Setelah itu, kau harus pulang. Buat alasan apa pun supaya kau tidak ke sini bersamanya. Jangan lupa, Watson. Kau tidak pernah mengecewakanku. Kau pasti berhasil. Oo… pasti ada musuh yang bisa mengurangi perkembangbiakan tiram! Betapa mengerikan kalau dunia ini dikuasai tiram-tiram itu…”
Sherlock Holmes memberikan kunci kamarnya pada sahabatnya itu. Watson segera pergi meninggalkan temannya yang cerdas namun terus meracau itu. Ia lega karena pergi membawa kunci kamar, sehingga sahabatnya itu tidak bisa mengunci diri di kamar.
Baca Juga : Katak dan Kodok Terkecil di Dunia, Salah Satunya Ada di Papua Nugini
Bu Watson menunggu di lorong rumah dengan gemetar dan menangis. Samar-samar, dokter Watson mendengar suara Holmes yang entah menyanyi, entah mengigau.
Di luar rumah, ketika dokter Watson sedang menunggu taksi, seorang pria mendekatinya.
"Bagaimana keadaan Pak Sherlock Holmes, dokter?” tanya pria itu.
Ternyata itu Inspektur Polisi Morton dari Scotland Yard, kenalan lama Holmes dan dokter Watson. Ia memakai pakaian santai karena sedang tidak bertugas.
"Holmes sakit parah," jawab dokter Watson.
Inspektur Morton menatap dokter Watson dengan sikap aneh. Dokter Watson malah melihat wajah pria itu seperti tersenyum. "Ya, aku mendengar kabar kalau dia sedang sakit," katanya.
Kereta kuda datang dan dokter Watson pun pergi. Lower Burke Street terletak di perbatasan antara Notting Hill dan Kensington. Tampak deretan rumah-rumah bagus. Taksi berhenti di depan rumah megah berpagar besi kuno dengan hiasan kuningan berkilau.
Baca Juga : Selain Segar, Es Krim Lettuce Ini Juga Menyehatkan, Coba Buat, yuk!
Seorang kepala pelayan muncul dan membuka pintu pagar. Dokter Watson memberikan kartu namanya pada kepala pelayan itu dan menyatakan ingin bertemu Culverton Smith. Kepala pelayan mempersilakan dokter Watson masuk ke dalam rumah.
Sayangnya, gelar dokter pada kartu nama dokter Watson, tidak membuat Culverton Smith terkesan. Melalui pintu ruang kerjanya yang sedikit terbuka, dokter Watson mendengar suaranya yang tinggi dan sombong.
"Siapa orang ini? Mau apa dia?”
Suara bentakan Culverton Smith terdengar lagi. “Sudah berapa kali aku katakan, Staples! Jangan ganggu jam belajarku! Apa yang dia inginkan?”
Terdengar suara halus si kepala pelayan yang menjelaskan.
"Aku tak mau bertemu dengannya, Staples! Aku tidak mau pekerjaanku terganggu. Katakan saja aku tidak di rumah! Katakan untuk datang besok pagi kalau dia betul-betul perlu padaku!”
Baca Juga : Keren! Tirai di Bangunan Studio Ini Bisa Membersihkan Udara, lo!
(Bersambung)
Teks : Arsip Majalah Bobo
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR