Saat ini, aktivitas Gunung Anak Krakatau berstatus Waspada atau Level 2.
Menurut catatan histogram, erupsi terbesar Gunung Anak Krakatau terjadi pada bulan Oktober dan November lalu, teman-teman.
Letusan dan kegempaan Gunung Anak Krakatau selama 3 bulan terakhir. Hampir setiap hari Gunung Anak Krakatau meletus. Status tetap Waspada. Radius berbahaya 2 km dari puncak kawah. Gunung Anak Krakatau masih dalam tahap pertumbuhan. Tubuhnya tambah tinggi 4-6 meter per tahun. pic.twitter.com/nclETTyW5y
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) December 24, 2018
Coba perhatikan garis kuning, itu adalah tanda letusan atau erupsi yang terjadi, teman-teman.
Baca Juga : Terjadi Tsunami di Banten, Ternyata Penyebabnya Tidak Selalu Gempa Bumi
Jumlah gempa yang dimaksud dalam grafik tersebut adalah gempa vulkanik di Gunung Anak Krakatau.
Jika diperhatikan, garis kuning mencapai garis tertinggi dengan jumlah gempa lebih dari 700 kali, pada awal bulan November tahun 2018.
Karenanya, besarnya erupsi bukanlah jadi sebab utama tsunami Selat Sunda, melainkan longsoran gunung yang masuk ke dalam laut dan menggerakkan ombak di bawahnya.
Baca Juga : Begini Proses Terbentuknya Tsunami yang Diakibatkan Erupsi Gunung Anak Krakatau
Lihat video ini, yuk!
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Forbes |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR