Bobo.id – Burung gereja yang kecil ini tinggal di sekitar kita.
Kicauannya membuat suasana kota makin meriah.
Mengapa burung ini dikenal sebagai burung gereja, ya?
Baca Juga : Burung Tertua di Dunia Berusia 68 Tahun Baru Saja Bertelur Lagi!
Suka Bersarang di Bangunan
Burung gereja suka bersarang di bagian bangunan.
Biasanya burung kecil ini membuat sarang di bubungan atau lubang yang ada di bangunan tinggi.
Burung berbulu cokelat ini tidak takut pada manusia, lo.
Mereka sering hinggap dan bersarang di bangunan yang dihuni manusia.
Baca Juga : Wah, Burung Beo Kea Bisa Menularkan Kebahagiaan dengan Temannya, lo!
Suka Bersarang di Bangunan Gereja yang Tinggi
Nah, di Indonesia, burung-burung ini suka bersarang di gereja.
Bangunan gereja umumnya dibuat tinggi.
Itu menyebabkannya burung bernama ilmiah Passer montanus ini mendapatkan nama julukan burung gereja.
Di negara lain burung ini tidak disebut dengan burung gereja.
Baca Juga : Celepuk Rinjani, Burung Endemik dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara
Burung Kecil
Burung gereja ukurannya kecil, lebih kecil dari genggaman tangan orang dewasa.
Panjangnya hanya sekitar 10 sampai 15 sentimeter.
Burung ini berwarna cokelat kelabu berparuh kecil.
Badannya terkesan gemuk. Burung gereja jantan dan betina bentuknya mirip.
Burung gereja betina bertelur sebanyak 5 sampai 6 butir.
Telur-telur ini menetas setelah dierami selama 10 sampai 12 hari.
Walaupun semua telur menetas, biasanya anak burung gereja yang tumbuh sampai dewasa hanya 2 atau 3 ekor.
Baca Juga : Burung Dodo Tidak Takut Manusia, Tetapi Mengapa Burung Dodo Punah?
Hidup Berkelompok
Burung gereja memakan biji-bijian dan serangga kecil.
Burung yang hidup berkelompok ini biasanya mencari makan dengan berkelompok juga.
Saat berkumpul mencari makan, burung gereja sering berkicau dengan riuh.
Tahukah teman-teman, kicauan mereka itu sebenarnya sedang memperebutkan makanan, lo.
O ya, ada orang yang sengaja merekam kicauan burung gereja karena suaranya yang riang.
Apakah di rumah atau sekolahmu ada sarang burung gereja?
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR