Bobo.id - Gurun Sahara adalah salah satu gurun yang kering dan dianggap sebagai gurun yang tidak ramah bagi manusia.
Tapi ternyata 20.000 tahun yang lalu, area Gurun Sahara adalah oasis atau daerah berair yang bisa menjadi tempat hidup bagi tumbuhan dan manusia, lo.
Nah, hal seperti ini ternyata akan terjadi lagi 20.000 tahun mendatang, nih, teman-teman.
Perubahan iklim yang terjadi di gurun Sahara ini diteliti oleh para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Baca Juga : Mengapa Jalan di Pegunungan Dibuat Berkelok-kelok?
Penelitian dilakukan dengan menganalisis debu yang ada di pesisir Afrika Barat selama 240.000 tahun terakhir, nih.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, terungkap kalau ternyata iklim Sahara dan Afrika Utara selalu berubah-ubah antara basah dan kering setiap 20.000 tahun sekali, lo, teman-teman.
Perubahan iklim yang terjadi ini disebabkan oleh sumbu Bumi yang berubah ketika mengorbit Matahari.
Hal ini karena berubahnya sumbu Bumi juga memengaruhi distribusi atau persebaran cahaya antarmusim yang terjadi.
Saat Bumi berada di posisi yang tepat untuk menerima cahaya Matahari maksimum di musim panas, aktivitas muson di area Afrika Utara akan semakin tinggi yang menyebabkan Gurun Sahara menghijau.
Hal sebaliknya akan terjadi kalau posisi Bumi membuat cahaya Matahari musim panas berkurang, maka Gurun Sahara akan kering seperti saat ini.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti berguna untuk mengetahui sejarah Gurun Sahara.
Selain itu juga untuk mengetahui kapan manusia hidup di area tersebut dan mengetahui cara untuk menyeberangi Sahara dan keluar dari Afrika.
Baca Juga : Bagaimana Gunung Anak Krakatau Bisa Terbentuk? Ayo, Cari Tahu!
Dulunya, terdapat sebuah danau di gurun Sahara bernama Danau Mega Chad dan merupakan danau air tawar di Afrika Tengah yang sangat luas, lo.
Luas danau ini bahkan mencapai 360.000 kilometer atau tiga kali luas pulau Jawa!
Tapi selama 1.000 tahun terakhir, luas danau ini menyusut dan sekarang luasnya hanya sekitar 355 kilometer persegi saja.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR