Bobo.id - Lautan yang saat ini banyak terdapat sampah plastik menjadi ancaman bagi banyak hewan laut, teman-teman.
Sudah ada beberapa kejadian di mana hewan harus mati karena terjebak di dalam sampah plastik atau bahkan memakan sampah plastik yang ada di lautan.
Salah satunya adalah paus kepala kotak yang mati di Wakatobi. Di dalam perutnya ditemukan banyak sampah yang kebanyakan adalah plastik.
Paus kepala kotak yang mempunyai panjang 9,5 meter ini ditemukan terdampar dan mati di perairan Desa Kapota, Kecamatan Wangiwani Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara dengan perut berisi sampah yang mencapai hampir 6 kilogram!
Baca Juga : Meski Menjijikkan, Ada Belatung yang Bisa Mengobati Luka Manusia
Sampah plastik itu terdiri dari berbagai macam jenis, seperti botol plastik, tali rafia, piring plastik, gelas plastik, bahkan juga ada sobekan terpal, lo, teman-teman.
Paus ini diduga terdampar karena kehilangan orientasi navigasi, yang disebabkan oleh habitatnya yang sudah tercemar banyak sampah.
Selain itu, sampah-sampah tadi ada di perut paus ini diduga karena ia tidak bisa membedakan mana makanan dan mana yang bukan makanannya.
Apa yang menyebabkan hewan seperti hewan laut dan burung tidak bisa membedakan makanan dan yang bukan makanannya, ya?
Sampah berbau seperti makanan burung laut
Penyebab hewan-hewan ini memakan sampah yang ada di lautan ternyata karena sampah-sampah ini memiliki bau yang sama dengan makanan mereka, lo, teman-teman.
Wah, apa yang membuat sampah di laut berbau sama seperti makanan mereka, ya?
Baca Juga : Mengapa Katak Lebih Sering Berbunyi Saat Musim Hujan?
Burung laut memakan krill, yaitu krustasea kecil yang mengonsumsi ganggang sebagai sumber makanan mereka.
Ganggang yang rusak secara alami di laut akan mengeluarkan bau belerang yang dikenal dengan sebutan dimethyl sulfide (DMS).
DMS inilah yang menjadi patokan bagi burung laut untuk mencari krill yang akan dimakannya.
Sayangnya, plasti yang ada di laut ternyata menjadi tempat yang yang sempurna bagi ganggang untuk tumbuh subur, nih, teman-teman.
Saat ganggang ini terurai dan mengeluarkan bau DMS, burung laut akan mengikuti aroma ini, dan akhirnya plastik yang mengeluarkan aroma DMS pun bisa termakan oleh burung laut.
Hal ini karena burung laut menganggap sampah yang menjadi tempat ganggang berkembang biak dan juga mengeluarkan aroma DMS ini terdapat krill di dalamnya.
Bagi hewan laut, sampah terlihat seperti makanan
Baca Juga : Fakta Seru Burung, dari yang Tak Bisa Terbang sampai yang Berenang
Kalau bagi burung laut sampah plastik berbau seperti makanan mereka, maka bagi hewan laut seperti paus, kura-kura, atau anjing laut, sampah plastik terlihat seperti makanan mereka, teman-teman.
Hewan laut seperti paus, kura-kura, atau anjing laut melihat sampah plastik seperti makanan mereka, lo.
Contohnya adalah kura-kura yang melihat kantong plastik yang mengambang di lautan mirip dengan ubur-ubur.
Ikan ternyata juga sering memakan plastik berukuran mikro atau kecil yang terpecah karena sinar matahari, nih, karena pecahan plastik tersebut terlihat seperti plankton yang biasa mereka makan.
Penelitian menggunakan pelampung
Seorang mahasiswa daru University of Calivoenia, Matthew Savoca yang melakukan penelitian ini kemudian berfokus pada burung laut yang sudah terpengaruhi oleh plastik, seperti elang laut, petrel, dan shearwaters.
Penelitian dilakukan dengan cara meletakkan pelampung plastik berukuran kecil di lepas pantai California.
Baca Juga : Penyu dan Kura-kura Bisa Hidup Sampai Ratusan Tahun, Apa Rahasianya?
Setelah tiga minggu diletakkan di lautan, mereka mengambil pelampung tersebut dan menguji baunya di laboratorium.
Hasilnya, pelampung berukuran mikro tersebut mempunyai bau belerang, nih, teman-teman.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sampah plastik yang mengapung di lautan dapat menjadi berbau belerang dengan cepat, bahkan dalam waktu kurang dari satu bulan saja, lo.
Tidak hanya itu, peneliti juga menemukan kalau ada beberapa burung yang paling tertarik dengan aroma DMS ini, yaitu elang laut, petrel, dan shearwaters.
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR