Bobo.id - Burung bisa terbang tinggi dan jauh dalam waktu yang lama, seperti saat mereka melakukan migrasi ke daerah yang lebih hangat.
Burung bangkai Ruppell yang berasal dari Afrika Tengah adalah jenis burung yang bisa terbang sangat tinggi, mencapai lebih dari 11.000 meter, lo.
Tapi tidak hanya burung, lo, binatang yang bisa terbang, karena beberapa serangga juga punya kemampuan untuk terbang.
Bahkan jika dibandingkan dengan burung, serangga juga bisa terbang cukup tinggi, lo, teman-teman.
Baca Juga : Meski Sudah Dimakan Burung, Telur Serangga Ini Tetap Bisa Menetas
Ketinggian yang bisa dicapai serangga saat terbang ini berbeda-beda, tergantung dengan kondisi lingkungan dan jenis serangganya.
Kira-kira, sampai ketinggian berapa, ya, serangga bsia terbang? Kita cari tahu, yuk!
Ketinggian yang berbeda-beda
Nah, setelah melakukan pada beberapa serangga, peneliti mengetahui kalau serangga sama seperti burung, yaitu memiliki kemampuan yang berbeda untuk mencapai ketinggian.
Ada belalang yang bisa terbang hingga ketinggian 4.500 meter, kumbang dan beberapa lalat di ketinggian lebih dari 5.000 meter. Sementara lalat serta kupu-kupu yang bisa terbang hingga ketinggian lebih dari 6.000 meter.
Tapi ketinggian tadi bukan jarak paling tinggi yang bisa dicapai oleh serangga, lo, teman-teman.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada sejumlah serangga seperti lebah bahkan bisa terbang hingga mencapai ketinggian 9.000 meter, lo!
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014, dengan menempatkan serangga di dalam sebuah ruangan yang tekanan udaranya dikurangi.
Baca Juga : Meski Menjijikkan, Ada Belatung yang Bisa Mengobati Luka Manusia
Dari penelitian tersebut, diperlihatkan bahwa serangga akan membuka sayapnya lebih lebar untuk beradaptasi dengan rendahnya tekanan udara.
Apa yang menyebabkan serangga tidak bisa terbang tinggi?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan serangga tidak bisa terbang setinggi burung, teman-teman, misalnya suhu rendah, oksigen rendah, dan kepadatan udara yang rendah.
Serangga berukuran kecil tidak bisa mengukur suhu tubuh yang sesuai dengan lingkungannya.
Suhu dingin yang ada pada ketinggian tertentu bisa mematikan mereka, baik itu siang ataupun malam.
Selain itu, serangga juga sama seperti manusia, lo, yang memerlukan respirasi aerobik untuk memenuhi kebutuhan energi.
Respirasi aerobik adalah reaksi pemecahan senyawa glukosa. Untuk melakukan respirasi aerobik ini diperlukan oksigen.
Sedangkan semakin tinggi ketinggian yang ditempuh oleh serangga, makin sedikit pula oksigen yang bisa didapatkan serangga.
Baca Juga : Hebat, Ikan Ini Bisa Bertahan Hidup di Perairan yang Mematikan, lo
Kepadatan udara juga memengaruhi seberapa tinggi serangga bisa terbang, nih, teman-teman.
Saat kepadatan udara mencapai tingkat yang rendah, serangga harus membuka sayap lebih lebar untuk menghasilkan daya angkat yang lebih kuat.
Untuk mendorong tubuh mereka melawan tekanan udara yang rendah dan menghasilkan kekuatan untuk tetap bergerak lebih tinggi, hanya ada sedikit molekul bagi sayap serangga.
Dari penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 yang melibatkan beberapa lebah dalam kotak bertekanan udara rendah, para peneliti melihat serangga menguabh gerakan sayap mereka, nih.
Berubahnya gerakan sayap ini membuat mereka bisa beradaptasi pada berkurangnya tekanan udara.
Para peneliti awalnya menduga serangga akan menggerakkan sayap lebih cepat agar bisa terbang lebih tinggi, tapi ternyata serangga akan mengepakkan sayapnya lebih lebar.
Baca Juga : Bukan Hanya Serangga, Mamalia dan Reptil Juga Membantu Penyerbukan, lo
Tindakan ini efektif untuk meningkatkan jumlah udara yang membantu membawa tubuh mereka lebih tinggi.
Penelitian ini menunjukkan kalau ketinggian yang bisa ditempuh serangga, terutama lebah, tidak dibatasi oleh kemampuan terbang mereka, tapi oleh faktor lain, seperti adanya ketersediaan makanan.
Tapi saat ini para peneliti masih kesulitan untul mencari bentuk adaptasi lain yang dilakukan oleh serangga saat terbang, karena masih banyak bentuk tubuh serangga yang dipelajari.
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR