Bobo.id - Seekor macan tutul formosa kembali terlihat setelah 30 tahun dianggap punah, nih, teman-teman.
Kemunculan macan tutul formosa ini terjadi di hutan belantara yang ada di Taiwan bagian tenggara.
Macan Tutul Endemik Taiwan
Macan tutul formosa yang dianggap punah selama puluhan tahun ini adalah hewan endemik atau hewan asli dari Taiwan.
Penemuan macan tutul formosa bermula dari penemuan jasad kambing yang diduga merupakan hasil perburuan macan tutul formosa.
Baca Juga : Nenek Moyang T-Rex Ditemukan, Ukurannya Lebih Kecil dari Kanguru, lo!
Hal ini pertama kali dilihat oleh polisi Desa Alangyi yang menemukan kambing tersebut di tebing Daren Township, Kabupaten Taitung.
Sebelumnya, pada bulan Juni 2018 lalu, Desa Alangyi membentuk tim penjaga untuk melakukan patroli di kawasan tradisional.
Tanpa diduga, dua kelompok penjaga ini ternyata melihat macan tutul formosa yang dikenal dengan sebutan "Li 'uljaw".
Kemunculan macan tutul formosa sudah dikonfirmasi oleh Ketua Konferensi Desa Alangyi yang mengatakan bahwa para polisi hutan meilihat macan tutul tersebut, tapi waktu dan lokasinya dirahasiakan.
30 Tahun Dianggap Punah
Macan tutul formosa terakhir terlihat di alam liar Taiwan pada tahun 1983. Sejak itu tidak terlihat lagi.
Akhirnya, pada tahun 2013, macan tutul endemik Taiwan ini dinyatakan punah, teman-teman.
Meskipun sudah dianggap punah, para sarjana di Taiwan tidak ingin menghapus macan tutul formosa dari daftar hewan yang terancam punah karena masih beberapa kali terlihat.
Seperti yang pernah dilaporkan oleh beberapa penduduk desa setempat yang mengatakan melihat kemunculan macan tutul formosa pada tahun 2018 lalu sebanyak dua kali.
Baca Juga : Pika, Hewan Imut yang Bersaudara dengan Kelinci, Kenalan, yuk!
Penduduk desa mengatakan kemunculan macan tutul formosa yang pertama ada di Daren Township. Sementara kelompok lain melaporkan melihat hewan ini di dekat pemukiman warga sebelum akhirnya lari ke atas pohon.
Diadakan Pertemuan Suku
Setelah macan tutul formosa terlihat beberapa kali di Taiwan, para kepala desa kemudian mengadakan pertemuan suku dengan Asosiasi Pengembangan PErguruan Tinggi Masyarakat Austronesia.
Pertemuna itu dilakukan untuk membahas kemunculan macan tutul formosa setelah 30 tahun dianggap punah dan mencegah orang-orang datang dan memburu hewan langka ini.
Selama ini, macan tutul formosa selalu menjadi simbol indikator konservasi hewan yang dilakukan di Taiwan dan merupakan roh suci bagi suku Paiwan.
Dengan laporan macan tutul formosa yang terlihat, maka hal ini menjadi berita dan peristiwa besar bagi para penduduk Taiwan, nih, teman-teman.
Baca Juga : Inilah 5 Jenis Burung Paling Berbahaya di Dunia, Pernah Melihatnya?
Punah Karena Perburuan Untuk Dijual Bulunya
Macan tutul atau macan dahan formosa dianggap sebagai misteri yang indah sejak abad ke-13 di Taiwan.
Diceritakan, pada abad ke-13 orang Taiwan asli membawa kulit macan formosa untuk diperdagangkan di kota-kota pelabuhan seperti Tainan.
Tapi tidak ada orang lain selain masyarakat Taiwan yang pernah melihat adanya macan tutul formosa ini hidup-hidup, teman-teman.
Pada wawancara yang dilakukan tahun 1986 dengan 70 orang pemburu, kemunculan macan tutul formosa yang asli terakhir terlihat pada tahun 1983.
Setelah itu, sebuah survei lapangan dilakukan antara tahun 1990 dan 1993 tentang macan tutul formosa dan hewan-hewan berukuran besar lainnya di Cagar Alam Dawushan.
Survei ini dilakukan menggunakan 400 kamera dan mengambil 16.000 foto, tapi sayangnya tidak ada satupun jejak yang menunjukkan keberadaan macan tutul formosa.
Profesor Liu Chiung-hsi dari Departemen Ilmu Kehidupan Nasional Universitas Taitung mengatakan kalau macan tutul forrmosa memang memiliki kebiasaan yang sangat sulit untuk diburu.
Baca Juga : Selain Anjing, Hewan-Hewan Ini Juga Punya Indra Penciuman yang Hebat
Maka pernyataan para pemburu dalam wawancara tersebut yang mengatakan bahwa tidak ada lagi macan tutul formosa yang bisa diburu tidaklah mengherankan.
Semoga macan tutul formosa yang merupakan hewan endemik Taiwan ini memang belum punah, ya, teman-teman!
Source | : | Taiwan News,IFL Science |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR