Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerpen anak hari ini, ya?
Cerpen anak hari ini berjudul Kembali ke Zaman Dulu.
Yuk, langsung saja kita baca cerpen anak hari ini!
--------------------------------------------
Baca Juga : Cerpen Anak: Mangga Tetangga
"Masa, sih, Ma? Aini katanya enggak punya TV? Kan, dia orang kaya?” kataku pada Mama di suatu sore.
Mama mengaduk-aduk tehnya. Lalu menyeruput sedikit.
“O iya?” alis Mama terangkat. Aku mengangguk kuat-kuat.
Baca Juga : 5 Danau yang Dipercaya Jadi Rumah Monster Misterius, Berani Datang?
“Katanya lagi, Aini enggak kenal games yang sedang ngetrend. Keluarga yang kuno kan, Ma? Ha ha ha....” Aku tertawa geli.
Mama hanya tersenyum kecil, lalu menghabiskan browniesnya pelan-pelan.
Keesokan hari sepulang sekolah, aku terkejut setengah mati. TV tak ada lagi di ruang tengah.
Baca Juga : 3 Makanan Ini Bisa Membawa Penyakit Kalau Dikonsumsi Saat Mentah, lo
“Ma.. TV kita rusak, ya?” tanyaku.
Mama yang sedang sibuk memotong sayuran, menggeleng.
“Lo... Terus ke mana TV-nya? Aku mau nonton, Ma,” kataku hampir menangis.
“Syifa, mulai sekarang, kamu nonton TV setiap Sabtu dan Minggu saja, ya. Sekarang bantu Mama jadi chef cilik,” ajak Mama.
Baca Juga : Air Mata Terasa Asin Saat Tertelan di Mulut Kita, Kenapa, ya?
Air mataku menggenang. Padahal aku buru-buru pulang karena ingin menonton film favoritku. Ternyata Mama memberiku kejutan yang sangat tidak enak.
“Aku nonton di rumah Merry saja,” kataku dengan suara yang dikeraskan.
“Sudah sore, nanti kamu pulangnya malam,” jawab Mama.
Baca Juga : 6 Buah Ini Bisa Membuat Tubuh Kita Terhidrasi, Pernah Makan?
Huh... kenapa, sih, Mama enggak ngomong dulu kalau ada peraturan baru tak boleh nonton TV? Aku, kan, jadi mati gaya.
Ya sudah, sambil menunggu Papa pulang, aku main gadget saja. Ada games memasak yang seru.
Mending aku main games saja daripada betul-betul membantu Mama. Aku tak kepanasan dan bisa memasak beberapa menu sambil tiduran.
Baca Juga : Berfungsi untuk Merapikan Letak Gigi, Bagaimana Cara Kerja Kawat Gigi?
Aku betul-betul kesal pada peraturan baru Mama. Papa tak mendukung agar TV kembali dinyalakan setiap hari.
“Nilaimu mulai merosot, Syifa. Jadi, ikuti aturan baru Mama, ya,” kata Papa.
Baca Juga : Mengapa Suara Sendawa Terdengar Keras? Cari Tahu Proses Sendawa, yuk!
Huh... Sekarang Papa malah membela Mama. Aku kembali menghabiskan waktu dengan gadget. Lumayan naik beberapa level.
Hmm... Games lebih menyenangkan daripada TV. Aku tidak rugi kehilangan TV.
Ternyata kesenanganku hanya bertahan beberapa hari. Mama kembali menyita kesukaanku.
Kali ini, gadget-ku dipegang Mama. Hanya setiap ada pesan saja, Mama menyerahkan padaku. Setelah itu, disita lagi.
Baca Juga : Ada yang Bersuara Merdu saat Bernyanyi dan Ada yang Tidak, Kenapa, ya?
“Ma, kenapa, sih, kejam sama anak sendiri?” Aku mulai menangis.
“Ini semua demi kebaikanmu,” jawab Mama.
Aku tak berdaya. Hidup tanpa TV dan HP merupakan siksaan buatku. Aku tak tahu harus melakukan apa.
Akhirnya aku lebih suka menggambar dan menyelesaikan tugas sekolahku.
Baca Juga : Yuk, Coba Bermain 5 Jenis Permainan Ini Bersama Kucing Kesayanganmu!
Lama-kelamaan, aku sudah biasa dengan suasana sunyi. Ajaib, aku enggak ngantuk lagi waktu bikin PR. Bangun tidur pun terasa segar.
Pulang sekolah, aku makan sambil membaca majalah anak. Setelah itu, istirahat sejenak dan bikin PR.
Malamnya, aku menyelesaikan gambar-gambarku. Mama bilang, bikin yang bagus. Nanti, Mama akan kirim gambarku ke majalah.
Baca Juga : Saat Ekuinoks Bulan Maret, Ada Tradisi dan Perayaan Berbagai Budaya
Sekarang musim ujian. Karena sudah belajar setiap hari, aku tidak kesulitan saat menjawab soal ujian.
“Bagaimana ujianmu?” tanya Mama padaku sepulang sekolah.
“Aku bisa semua, Ma,” jawabku senang.
“Syukurlah...” sahut Mama.
Baca Juga : Semakin Banyak Teman, Semakin Seru! Cari Tahu Cara Berteman, yuk!
Aku tercengang mendengar namaku dipanggil Bu Rahmi sebagai juara dua. Juara satu masih dipegang oleh Aini.
Aku sama sekali tak menyangka. Selama ini, aku belum pernah juara kelas.
“Ma, ternyata dengan mengurangi main gadget, kita bisa berprestasi, ya,” kataku.
“Iya dong. Kan, Mama belajar dari Mamanya Aini,” kata Mama sambil mengedipkan mata.
Baca Juga : Trashtag Challenge Sedang Viral, Seperti Apa Tantangannya, ya?
“Hah? Pantas saja Mama berubah aneh setelah aku cerita kebiasaan Aini,” kataku.
“Awalnya memang sulit. Tapi sekarang, kamu sudah bisa membagi waktu antara belajar, bermain dengan teman, dan bermain games di gadget. Selama ini, kamu lupa belajar, tapi enggak lupa main gadget,” kata Mama.
Aku menunduk malu. “Maafkan aku, ya, Ma.”
Baca Juga : Uang Koin Berlambang Lubang Hitam untuk Mengenang Jasa Stephen Hawking
Papa datang. Papa langsung takjub melihat nilaiku yang melonjak naik.
“Wah... Kemenangan ini harus dirayakan. Sekarang, kita makan di luar. Selama kita makan malam, tak boleh ada gadget,” kata Papa.
“Jangan, Pa. Kan, Mama mau memotret makanannya dulu,” candaku.
Baca Juga : Suka Mengkonsumsi Jamur? Banyak Manfaatnya untuk Kesehatan, lo!
Mama menggelitikku. Sejak hpku disita, Mama juga jadi lebih sibuk membaca buku. Beruntungnya aku punya Mama yang adil.
Papa tertawa. “Kalau buat memotret makanan, boleh. Habis itu hpnya harus mati. Jangan sampai gadget memisahkan kebersamaan kita,” kata Papa.
“Ok, Pa,” kataku sambil memeluk Papa dan Mama.
Baca Juga : Mengisi Daya Baterai Ponsel dari Komputer atau Laptop, Berbahayakah?
Cerita oleh: Novia Erwida. Ilustrasi: Joko
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR