Bobo.id - Banyak hal yang terjadi di luar dugaan kita, apalagi saat kita sedang pergi berlibur.
Misalnya, lupa membawa barang-barang penting atau meninggalkan barang kesayangan kita di tempat wisata.
Baca Juga : Meski Suka Menyengat, Ubur-Ubur Juga Punya Manfaat bagi Tubuh Kita, lo!
Hal yang tidak diinginkan bisa juga terjadi seperti halnya tersengat ubur-ubur saat sedang berlibur ke pantai dan berenang di laut.
Sekilas ubur-ubur terlihat mirip seperti agar-agar yang terlihat tidak berbahaya.
Baca Juga : Besok, 21 Maret 2019, Akan Terjadi Fenomena Ekuinoks dan Supermoon
Padahal, jika kita terkena sengatannya rasanya bisa sangat sakit. Beberapa jenis ubur-ubur juga bisa mengirim racun yang kuat ke dalam kulit dan dapat membuat tubuh kita infeksi.
Lalu bagaimana cara mengatasi sengatan ubur-ubur? Apa benar air urine atau air pipis bisa menyembuhkannya?
Cari tahu faktanya, yuk!
Baca Juga : Ada Karakter Anjing Baru Lagi di The Secret Life of Pets 2, lo!
Air Pipis Dapat Menyembuhkan Sengatan Ubur-Ubur, Apa Benar?
Banyak sekali orang yang bilang kalau sengatan ubur-ubur dapat disembuhkan dengan buang air kecil di atas luka sengatan.
Namun sayangnya, hal ini hanyalah sebuah mitos, teman-teman.
Baca Juga : Perubahan Energi Fotosintesis Termasuk Anabolisme, Energi Apa yang Diubah?
Nematosit adalah sel kulit ubur-ubur yang mengandung racun dan berada di sepanjang tentakel ubur-ubur.
Saat ubur-ubur merasa terancam, tentakel ini akan bergerak menyerang, menyengat, dan memindahkan racun-racun ke tubuh organisme lain.
Orang yang terkena sengatan ubur-ubur akan mengalami beberapa gejala seperti kulit terasa gatal, terbakar, berdenyut, hingga melepuh.
Baca Juga : Anak Kucing Ditinggal Induknya? Inilah 6 Hal yang Harus Kita Lakukan
Seorang dokter kulit bernama Joseph Burnett mengatakan air asin dapat membantu membunuh racun nematosit yang masih bertahan di dalam tubuh.
Sedangkan air tawar memberikan efek sebaliknya, yaitu memperparah penyebaran racun.
Nah, banyak yang mengira jika air pipis mirip dengan air asin dan bisa jadi penangkal sengatan ubur-ubur.
Baca Juga : Benarkah Gula Membuat Gigi Berlubang? Ini Fakta Gigi Berlubang!
Memang benar, air pipis mengandung banyak garam dan elektrolit. Akan tetapi, kandungan air pipis yang terlalu encer akan menjadi mirip dengan air tawar.
Jika air pipis yang cenderung seperti air tawar ini disiramkan ke bagian tubuh yang tersengat ubur-ubur, maka hal ini akan membuat penyebaran racun kian meluas dan bagian tubuh yang tersengat akan semakin terasa sakit.
Baca Juga : Intip Cara Belajar Teman-Teman SLB A di Majalah Bobo Edisi 50, yuk!
Cara Mengobati Bagian Tubuh yang Tersengat Ubur-Ubur
Sebuah studi terbaru telah menemukan pengobatan sederhana yang dapat membantu mengurangi rasa sakit akibat sengatan ubur-ubur.
Saat kita disengat ubur-ubur, segera lakukan langkah-langkah di bawah ini, ya!
Baca Juga : Intip Cara Belajar Teman-Teman SLB A di Majalah Bobo Edisi 50, yuk!
Jauhkan bagian tubuh dari air asin atau air laut agar rasa sakit tidak semakin parah.
Kemudian basuh bagian yang terkena sengatan dengan air cuka (asam asetat) untuk membunuh nematosit dan menghentikan aliran racun.
Lepaskan tentakel ubur-ubur yang menempel di kulit secara perlahan sambil terus membasuh area sengatan dengan air cuka.
Baca Juga : Night Eating Syndrome, Membuat Selera Makan Meningkat di Malam Hari
Gunakan sarung tangan atau plastik agar tangan kita tidak ikut terkena racun dari ubur-ubur.
Rendam bagian tubuh yang disengat ubur-ubur ke dalam air dengan suhu 45 derajat Celcius selama 40 menit.
Baca Juga : Sisir di Zaman Dahulu Terbuat dari Bahan Apa, ya? #AkuBacaAkuTahu
Jangan menggaruk bagian tubuh yang terkena sengatan karena hal ini justru akan melepaskan lebih banyak racun ke dalam tubuh.
Teman-teman mungkin punya banyak pertanyaan tentang hal di sekitarmu. Dengan membaca, kita jadi tahu jawabannya.
Semakin banyak membaca, semakin kita tahu banyak hal. Yuk, membaca! #AkuBacaAkuTahu
Baca Juga : Toy Story Adalah Film Pertama Disney Pixar, Ini Fakta Seru Toy Story!
Tonton video ini, yuk!
Source | : | Hello Sehat |
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR