Sehingga, kata kolok menjadi bahasa isyarat yang hanya dipahami oleh sesama masyarakat Bengkala, teman-teman.
Menurut Bapak I Made Arpana, 80 persen warga di Bengkala bisa menggunakan kata kolok.
Teman-teman kita yang ada di usia sekolah dasar juga belajar kata kolok di sekolah, lo!
Kata kolok diajarkan oleh guru di sekolah dasar, mulai dari kelas 1 SD sampai kelas 6 SD.
Ini membuat semua anak, baik yang memiliki kondisi tuna rungu ataupun tidak, bisa menerima pelajaran yang sama, teman-teman.
Saling Menghargai
Di Desa Bengkala, penduduk yang memiliki pendengaran baik disebut 'enget'.
Baik enget dan kolok, sama-sama berkomunikasi menggunakan kata kolok, teman-teman.
Mereka juga sama-sama mengerjakan kegiatan sehari-hari dengan berdampingan.
Baca Juga : Ingin Mencoba Menjadi Ninja? Yuk, Berkunjung ke Desa Ninja di Jepang
Source | : | National Geographic Indonesia,Kompas,Great Big Story |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR