Bobo.id - Hewan apa yang bisa melihat dalam gelap?
Ada hewan yang punya kemampuan hebat seperti kelelawar dan paus yang bisa melakukan ekolokasi atau biosonar.
Kemampuan ini membuat mereka bisa melihat dalam gelap.
Meski tanpa biosonar, hewan nokturnal atau hewan yang aktif di malam hari juga bisa melihat dalam gelap dengan baik, lo.
Cari tahu bagaimana hewan nokturnal melihat dalam gelap, yuk!
Proses Mata Melihat
Penglihatan mata kita bergantung pada saraf penerima cahaya atau fotoreseptor di retina mata.
Fotoreseptor berfungsi mendeteksi partikel cahaya yang disebut foton. Fotoreseptor kemudian menyaluran pesan tentang foton ke retina dan otak.
Otak kita kemudian membentuk "gambar" berupa hal yang kita lihat lewat mata kita, teman-teman.
Baca Juga : Seperti Primata, Beruang Madu Bisa Tirukan Ekspresi Wajah Sesamanya
Jika suasana lingkungan memiliki cahaya terang, maka fotoreseptor mendeteksi semakin banyak foton.
Sebaliknya, saat lingkungan di sekitar kita gelap, foton yang dideteksi oleh fotoreseptor juga semakin sedikit.
Bukan hanya lebih sedikit, cahaya minim dalam gelap juga membuat fotoreseptor tidak mengumpulkan informasi dari foton untuk otak.
Karenanya, kualitas gambar yang yang terbentuk di otak juga menurun.
Kemampuan Hewan Melihat dalam Gelap
Mata hewan nokturnal melihat dengan cara yang berbeda di dalam gelap.
Apa yang mereka lihat berbeda dengan yang kita lihat dengan mata manusia atau hewan diurnal, lo.
Rahasia kemampuan hewan nokturnal melihat dalam gelap adalah adaptasi, teman-teman. Cari tahu beberapa caranya, yuk.
Baca Juga : Takut Tidur dalam Gelap? Cari Tahu Manfaat Tidur dalam Gelap, yuk!
1. Ukuran Mata
Salah satu cara hewan nokturnal beradaptasi adalah ukuran matanya. Misalnya seperti tarsius, primata kecil yang matanya bulat dan besar.
Ukuran mata tarsius sama besarnya dengan otaknya, lo. Matanya yang besar ini membantunya mengumpulkan cahaya sebanyak-banyaknya.
Mata yang besar bisa memiliki pupil dan lensa mata yang lebih besar, teman-teman. Kondisi ini membuat cahaya lebih fokus pada saraf penerima.
2. Tapetum Lucidum
Meskipun bukan termasuk hewan nokturnal, kucing suka berkeliaran di malam hari.
Saat melihat kucing di kegelapan, matanya terlihat bersinar. Mata kucing yang bercahaya ini dipengaruhi oleh struktur bernama tapetum lucidum, di matanya.
Tapetum lucidum terletak di belakang saraf penerima cahaya atau fotoreseptor.
Struktur tapetum lucidum terbuat dari lapisan sel yang seperti kaca.
Di dalamnya ada kandungan kristal yang memantulkan cahaya masuk, kembali ke saraf penerima dan ke luar mata. Ini membuat fotoreseptor bisa kembali mendeteksi cahaya.
Baca Juga : Benarkah Warna Bola Mata yang Lebih Gelap Bisa Melihat dengan Lebih Baik?
3. Saraf Penerima yang Lambat
Sedangkan pada kodok, ada kemampuan yang unik, nih.
Otak kodok bisa membentuk gambar meskipun hanya ada satu partikel cahaya yang mengenai fotoreseptornya dalam setiap detik.
Rupanya, saraf penerima cahaya atau fotoreseptor katak 25 kali lebih lambat dibandingkan manusia.
Karenanya, kodok bisa mengumpulkan foton selama empat detik. Ini membantunya untuk membentuk gambar di otak secara perlahan.
Namun, saraf penerima yang lambat membuatnya bereaksi dengan lambat juga.
4. Membentuk Gambar yang Sederhana
Pada serangga seperti ngengat informasi dari fotoreseptor dikelompokkan di otak. Sehingga foton yang dikumpulkan oleh setiap kelompok ini lebih tinggi.
Namun, gambar yang terbentuk di otak ngengat kurang mendetail.
Sehingga mereka harus menyeimbangkan kebutuhan jumlah cahaya yang masuk dengan gambar yang terbentuk di otak. Sehingga ngengat bisa menemukan makanan yang dicari.
Itulah rahasia adaptasi pada mata hewan yang bisa melihat di malam hari. Hewan nokturnal apalagi yang punya kemampuan keren di atas, ya? #AkuBacaAkuTahu
Baca Juga : Jangan Asal Memberi Makan Hewan Paling Bahagia di Dunia Ini, Bisa Didenda, lo!
Bobo Funfair Digelar di Semarang, Bisa Ketemu Bobo Sekaligus Wisata Kuliner Nusantara
Source | : | ted-ed |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR