Sedangkan anggota kelompok yang berusia lebih tua memukul dada mereka, menghancurkan tanaman, dan menggoyangkan tubuh Tuck.
Hal tersebut menunjukkan kalau perilaku gorila gunung dan gorila grauner memang mirip saat ada anggota kelompoknya yang mati.
Bahkan diketahui juga kalau gorila yang memiliki ikatan genetik dan sosial yang dekat akan menghabiskan waktu yang lebih lama di sekitar gorila yang mati.
Buktinya adalah pada anak-anak yang berada di samping induknya yang mati selama beberapa jam.
Perilaku kesedihan yang ditunjukkan dua jenis gorila ini terlihat mirip karena mereka berasal dari spesies yang sama, tapi subspesiesnya berbeda, sehingga memiliki respons yang sama.
Baca Juga : Ikan Arapaima Gigas Dikenal Ganas, Apakah Bisa Menyerang Manusia?
Perilaku Kesedihan Bisa Menyebarkan Penyakit
Perilaku gorila yang sedih saat ada gorila lain di kelompoknya yang mati memang termasuk unik, teman-teman, karena mirip dengan perilaku manusia.
Namun perilaku kesedihan yang ditunjukkan oleh gorila ini bisa berakibat serius untuk gorila dan mengancam populasinya, lo.
Hal tersebut disebabkan karena gorila yang mati bisa menyebarkan penyakit serius kepada gorila yang berada di sekitarnya.
Gorila yang mati bisa menyebarkan penyakit serius, terlebih yang sudah mati dalam waktu lama, yaitu ebola yang bisa saja menular kepada gorila lain yang mengelilingi gorila mati.
Penyakit ebola adalah penyakit serius yang bisa membuat gorila mati dan mengancam populasi gorila menjadi menurun.
Tonton video ini juga, yuk!
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR