Bobo.id- Indonesia memiliki banyak permainan tradisional, salah satunya congklak.
Congklak merupakan permainan tradisional yang telah ada sejak zaman dulu yang masih bertahan sampai sekarang. Bermain congklak tidak hanya menyenangkan, tetapi juga bermanfaat.
Baca Juga : Congklak, Permainan Tradisonal yang Masih Bertahan Sampai Sekarang
Setiap Orang Punya Waktu yang Sama
Papan congklak memiliki 14 lubang kecil dan dua lubang besar.
Permainan ini dimainkan oleh dua pemain dan masing-masing pemain berkuasa atas tujuh lubang kecil dan satu lubang besar di sebelah kanannya.
Angka tujuh dapat diartikan jumlah hari dalam satu minggu.
Setiap pemain harus mengisi tujuh biji congklak pada lubang-lubangnya masing-masing. Nah, maksudnya, setiap orang memiliki waktu yang sama dalam seminggu, yaitu tujuh hari.
Permainan congklak mengajarkan bahwa setiap hari yang kita jalani akan berpengaruh pada hari-hari berikutnya. Apa pun yang kita lakukan hari ini, akan berdampak pada masa depan.
Baca Juga : Permainan Congklak yang Terkenal Hingga Negara Tetangga
Hidup untuk Berbagi
Pada permainan congklak, setiap pemain bergantian mengambil biji congklak pada lubang-lubang kecil, dan harus mengisi lubang-lubang lain.
Itu artinya, dalam menjalani kehidupan kita harus sering memberi. Tidak hanya menerima rezeki, namun juga memberi sedekah kepada orang lain, agar keseimbangan hidup tetap terjadi.
Belajar Menabung
Selain harus mengisi lubang-lubang kecil, setiap pemain juga harus mengisi lubang besar yang dimiliki.
Hal ini secara tidak langsung melatih kita untuk menabung agar pada hari-hari yang akan datang kebutuhan kita tercukupi.
Mengatur Strategi
Pemenang permainan congklak adalah pemain yang memiliki jumlah biji yang paling banyak.
Itu artinya, mereka yang menjadi pemenang adalah mereka yang pandai mengatur strategi dalam menyimpan tabungan dan juga berbagi kepada lingkungan.
Lihat juga video ini, yuk!
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Penulis | : | Jonathan Alfrendi |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR