Bobo.id – Tiang-tiang tanah yang dikenal dengan nama musamus ini menjulang di ujung timur negara kita. Siapakah yang membuatnya? Mengapa bentuknya tak beraturan?
Baca Juga: Berkunjung ke Danau Habema, Danau di Atas Awan yang Ada di Papua
Tempat Tinggal Koloni Rayap
Tiang-tiang yang banyak terdapat di Taman Nasional Wasur itu adalah rumah semut yang dikenal sebagai musamus.
Semut yang membangun musamus ini sebenarnya tergolong jenis rayap. Tubuhnya kecil, berwarna putih hampir transparan, dan berkepala hitam.
Tempat tinggal yang tinggi menjulang itu dapat dikatakan sebagai istana bagi makhluk sekecil mereka.
Rumah ini dihuni oleh jutaan rayap yang hidup bersama dalam sebuah koloni.
Ada seekor ratu rayap pada tiap musamus. Ratu rayap yang baru harus keluar dari rumah untuk membangun musamus baru di tempat lain.
Baca Juga: Unik! Gundukan-Gundukan ini Ternyata adalah Rumah Ribuan Rayap
Berbahan Tanah Liat
Koloni rayap itu membangun rumahnya dari tanah liat yang direkatkan menggunakan air liur.
Di dalamnya ada rongga dan lorong tempat tinggal koloni rayap. Ada beberapa lubang kecil tempat koloni ini keluar dan masuk.
Koloni itu hidup dalam kegelapan di balik dinding musamus yang kokoh.
Dinding luar musamus sekeras dinding tanah liat. Dinding ini tidak akan runtuh terkena angin atau hujan.
Baca Juga: Taman Nasional Wasur, Keunikan di Ujung Timur Republik Indonesia
Taman Nasional Wasur
Musamus terdapat di beberapa tempat di dunia, seperti di Australia dan Afrika.
Di Indonesia, musamus banyak ditemukan di Taman Nasional Wasur di Papua. Ada yang tingginya lebih dari 2 meter, ada pula yang masih berupa gundukan kecil.
Cukup banyak musamus yang berada di daerah perbatasan RI dan Papua Nugini.
Beberapa ada yang dipagari supaya tidak rusak.
Semangat makhluk-makhluk kecil untuk membangun sesuatu yang besar itu menjadi inspirasi bagi masyarakat Papua.
Musamus juga dijadikan nama universitas negeri yang ada di Merauke, dengan harapan mahasiswanya akan membuat karya besar yang menakjubkan.
Lihat juga video ini, yuk!
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR