Bobo.id – Kadang-kadang teman-teman mungkin melihat langit siang hari tanpa awan.
Mungkin saat itu kita tidak merasakan dampak apa-apa selain sinar matahari yang terasa lebih panas.
Tapi bagaimana kalau di Bumi tidak ada awan lagi, ya?
Bumi Tanpa Awan
Tanpa awan, beberapa hal yang kita lihat sehari-hari bisa jadi berbeda.
Jika tidak ada awan, matahari yang terbenam tidak membuat langit terlihat berwarna indah, teman-teman.
Air yang biasanya dibawa oleh awan juga tidak bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, nih. Ini karena jika tidak ada awan maka tidak ada hujan.
Jika awan benar-benar hilang, air di Bumi kita lama-kelamaan juga bisa menguap dan habis.
Tahukah kamu? Awan punya tugas penting, lo, yaitu mengatur suhu Bumi kita.
Suhu di Bumi pada siang hari tanpa awan akan sangat panas dan pada malam hari bisa sangat dingin teman-teman.
Awan yang berwarna putih membantu memantulkan cahaya matahari ke angkasa dan mencegah panas meninggalkan Bumi.
Apakah awan benar-benar bisa berkurang dan hilang?
Baca Juga: Kita Disarankan untuk Menghemat Air, Apakah Air di Bumi Bisa Habis?
Awan, si Pengatur Suhu Bumi
Menurut peneliti, jika tidak ada awan, suhu global bisa meningkat sekitar delapan derajat, teman-teman. Wah, coba bayangkan, pasti panas sekali cuacanya.
Tahukah kamu? Banyaknya awan di Bumi kita juga terpengaruh oleh banyaknya karbon dioksida di atmosfer.
Sebelumnya, berkurangnya jumlah awan di Bumi akibat karbon dioksida di atmosfer ini pernah terjadi sekitar 56 juta tahun lalu.
Bumi pernah mengalami suhu yang sangat panas dengan suhu rata-rata tahunan 30 derajat Celcius.
Menurut ilmuwan masa kini, kemungkinan suhu Bumi yang panas saat itu dipengaruhi oleh berkurangnya awan di langit, terutama awan stratokumulus.
Awan stratokumulus ini adalah awan warna putih keabu-abuan yang berbentuk gulungan atau bola besar dan seringkali menutupi seluruh angkasa.
Peran Awan Stratokumulus di Bumi
Sebagian besar wilayah Bumi dipayungi oleh awan stratokumulus dibandingkan awan jenis lainnya.
Awan stratokumulus menjaga daratan dan lautan di Bumi tetap dingin dan memantulkan cahaya matahari kembali ke ruang angkasa.
Baca Juga: Gas Rumah Kaca dan Sumbernya Bisa Terbentuk secara Alami Maupun dari Aktivitas Manusia, lo!
Awan yang besar ini juga menghasilkan hujan gerimis, teman-teman.
Awan stratokomulus membentuk lapisan yang tipis karena pertumbuhannya ke atas terbatas oleh zona udara kering di atasnya, meskipun awan ini menarik zat air yang ada di bawahnya.
Struktur awan ini bergantung pada kemampuannya melepaskan dan menyerap panas dan air, teman-teman.
Peneliti mengungkapkan bahwa jika kadar karbon dioksida di atmosfer Bumi meningkat, awan stratokumulus tidak bisa melepaskan panas dari bagian atas awan, sebanyak biasanya.
Ini menganggu konveksi yang membuat awan tetap jadi satu dan akhirnya awan itu tercerai-berai.
Nah, awan yang terpisah ini mengakibatkan adanya kenaikan suhu Bumi sebanyak delapan derajat.
Yuk, sama-sama jaga Bumi kita supaya dampak perubahan iklim seperti berkurangnya jumlah awan bisa dicegah, teman-teman.
Sekarang, teman-teman sudah tahu, kan? Awan juga jadi salah satu bagian alam yang terkena dampak perubahan iklim. Baca lebih banyak lagi supaya lebih banyak tahu, yuk! #AkuBacaAkuTahu
Baca Juga: Anak-Anak Bisa Membantu Mengurangi Dampak Perubahan Iklim, Ini Caranya
Yuk, lihat video ini juga!
Source | : | Seeker,It's AumSum Time |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR