Bobo.id – Teman-teman, jika ada benda yang pecah di rumah, biasanya benda itu akan dibuang, apalagi benda pecah belah yang pecahannya bisa berbahaya.
Kadang-kadang, benda seperti vas yang pecah juga dibetulkan dengan menggunakan lem, teman-teman.
Tapi, tahukah kamu? Di Jepang ada seni membetulkan tembikar yang pecah menggunakan emas! Namanya kintsugi.
Ada filosofi juga dibalik seni kintsugi ini, lo! Yuk, kita cari tahu!
Kintsugi, Membetulkan Tembikar yang Pecah dengan Emas
Orang Jepang banyak menggunakan peralatan rumah tangga dari tembikar maupun keramik, teman-teman. Misalnya seperti mangkuk atau teko.
Tapi, kalau ada mangkuk atau teko tembikar dan keramik yang pecah, orang Jepang tidak langsung membuangnya.
Mereka memiliki tradisi untuk membetulkan tembikar atau keramik dan menambahkan nilai pada benda itu.
Itulah kintsugi, teman-teman. Dalam seni kintsugi, tembikar atau keramik yang pecah tidak dibetulkan menggunakan lem maupun alat perekat pada umumnya.
Kintsugi terdiri dari kata ‘kin’ yang berarti ‘emas’ dan ‘tsugi’ yang berarti ‘penggabungan’.
Baca Juga: Kenalan dengan Seni Merangkai Bunga dari Jepang Bernama Ikebana, yuk!
Untuk menambah nilai dari benda itu, tembikar atau keramik yang pecah disatukan kembali menggunakan logam mulia, seperti emas cair, perak cair, dan pernis yang dicampur bubuk emas.
Rupanya, ini adalah sebuah metode yang diajarkan dalam Zen Buddha, teman-teman.
Filosofi Dibalik Seni Kintsugi
Para guru Zen Buddha mempercayai bahwa periuk, cangkir, dan mangkuk tembikar atau keramik yang pecah, tidak seharusnya tidak disingkirkan begitu saja.
Seharusnya, benda-benda itu masih kita hargai dan kita perhatikan, serta dirawat dengan baik.
Saat mangkuk atau cangkir yang pecah itu kembali disatukan dengan cairan emas, perak, atau campuran pernis dan bubuk emas, maka bagian yang pecah akan jelas terlihat, teman-teman.
Menurut guru Zen Buddha, bekas pecahan itu tidak perlu disembunyikan, namun ditunjukkan bahwa bagian itu juga indah dan kuat.
Garis-garis bekas pecahan yang disatukan itu justru mengingatkan bahwa benda yang pecah juga bisa kembali indah.
Awal Mula Kintsugi
Konon, seni kintsugi ini dimulai saat Periode Muromachi, saat seorang shogun (pejabat militer) Jepang Ashikaga Yoshimitsu membetulkan cangkir tehnya yang pecah ke Tiongkok.
Baca Juga: Canggih! Yuk, Lihat Mobil Keren di Museum Toyota Kaikan Jepang dan Proses Pembuatannya
Tapi, saat dikirimkan kembali, cangkir tehnya justru jadi tidak cantik lagi rupanya, karena disatukan menggunakan staples logam.
Kemudian Ashikaga Yoshimitsu meminta para juru seninya memperbaiki cangkir the itu kembali. Mereka menemukan metode yang tidak menyembunyikan bekas pecahan, namun menciptakan cangkir teh yang cantik.
Kintsugi sendiri termasuk dalam konsep Zen Buddha ‘Wabi Sabi’, yaitu melihat dan merayakan hal sederhana, sudah tua, dan mungkin tidak sempurna.
Konsep kintsugi dalam wabi sabi mengajarkan manusia untuk menghargai hal yang rusak. Ini sama seperti ketika kita berusaha namun belum berhasil, teman-teman, sebaiknya kita tetap menghargai usaha yang sudah kita lakukan itu.
Wah, benar-benar seni yang punya makna mendalam, ya, teman-teman!
Baca Juga: Sushi California Roll Bukan Dibuat di California Ataupun Jepang, lo!
Yuk, lihat video ini juga!
Source | : | The School of Life,Lifegate |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR