Bobo.id - Kalau teman-teman ditanya, planet tata surya mana yang memiliki satelit alami atau bulan paling banyak, teman-teman akan menjawab apa?
Selama ini, teman-teman mungkin mengetahui bahwa planet yang memiliki satelit alami paling banyak adalah Jupiter.
Yap, Jupiter memiliki 79 satelit alami yang mengelilinginya, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar.
Baca Juga: Fenomena Embun Es Membuat Gunung Gede Jadi 'Padang Es', Ada Apa?
Namun, sekarang Jupiter sudah bukan lagi memiliki gelar sebagai planet dengan satelit alami terbanyak, nih.
Gelar ini sekarang diraih oleh Saturnus. Sebelumnya, kita mengetahui bahwa Saturnus memiliki 62 satelit alami.
Baru-baru ini, para astronom berhasil menemukan 20 satelit alami baru yang mengitari Saturnus.
Baca Juga: Sama seperti Mobil, Ternyata Kaca Depan Pesawat Juga Dilengkapi Wiper!
Satelit Alami yang Baru Berukuran Kecil
Pada Senin, 7 Oktober 2019 lalu, Carnegie Institution for Science di Amerika Serikat mengumumkan bahwa para astronom menemukan 20 satelit alami milik Saturnus.
Satelit alami ini berukuran cukup kecil sehingga memang sulit ditemukan dan diamati pada awalnya.
Namun, dengan menggunakan beberapa teleskop terbesar, akhirnya para astronom menemukan satelit-satelit alami itu yang mengorbit Planet Cincin.
Baca Juga: Mengapa Tidak Ada Hewan yang Memiliki Tiga Kaki? #AkuBacaAkuTahu
Penemuan 20 satelit alami ini membantu para ahli dalam menentukan bagaimana planet-planet di tata surya terbentuk dan berevolusi.
Para astronom memperkirakan bulan-bulan kecil ini berasal dari bulan-bulan yang lebih besar yang pecah.
Bulan-bulan besar itu bisa saling menabrak satu sama lain dan membuat pecahan kecil sehingga terbentuklah bulan-bulan kecil.
Baca Juga: Kalahkan Rekor Rossi, Marquez Jadi Juara Dunia MotoGP 2019! Ini 3 Faktanya
Satelit alami Saturnus yang baru ditemukan ini berukuran hanya sekitar lima kilometer atau 1.000 kali lebih kecil daripada Titan, satelit alami terbesar Saturnus.
Ada 17 bulan baru yang mengorbit Saturnus dengan gerak retrograd, artinya bulan-bulan ini bergerak berlawanan arah dengan rotasi Saturnus.
Sedangkan sisanya mengorbit dengan gerak prograd atau searah dengan gerak rotasi planet induknya.
Baca Juga: Ada Rating Film Berdasarkan Usia, Mengapa Kita Harus Menonton Film Sesuai Usia?
Bagaimana Astronom Menemukannya?
Awalnya, para astronom mengamati daerah sekitar Saturnus dengan menggunakan teleskop Subaru di puncak Mauna Kea, Hawaii.
Saat itulah, para astronom melihat pergerakan benda-benda kecil yang tidak ada di dalam data jumlah bulan.
Karena penasaran, para astronom mengamati lebih lanjut dan terlihat bahwa benda-benda kecil itu justru mengorbit Saturnus.
Dari situlah, para astronom menyadari bahwa benda-benda kecil itu merupakan satelit-satelit alami Saturnus.
Baca Juga: Mengapa Kita Harus Mengikuti Upacara Bendera Setiap Senin di Sekolah?
Ikut Bantu Astronom Menamai Bulan-Bulan Baru
Biasanya, para astronom akan langsung menamai benda-benda antariksa yang baru saja ditemukan.
Namun, karena bulan-bulan baru ini berjumlah cukup banyak, Carnegie Institution mengadakan kompetisi untuk menamai bulan-bulan baru itu.
Baca Juga: Benarkah Matahari Lebih Besar saat Terbit dan Terbenam daripada saat di Atas Kepala?
Kompetisi ini bisa diikuti oleh siapa pun, termasuk teman-teman, lo. Caranya juga mudah.
Teman-teman cukup mengirimkan ide nama untuk bulan-bulan itu ke akun Twitter @SaturnLunacy. Jangan lupa sertakan tagar #NameSaturnsMoons.
Siapa tahu, nama usulanmu bisa menjadi nama dari salah satu bulan baru Saturnus itu. Asyik, kan!
Baca Juga: 7 Fakta Seru Ubur-Ubur, Salah Satunya Pernah Dibawa ke Ruang Angkasa
Lihat video ini juga, yuk!
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Info Astronomy |
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR