Bobo.id – Apakah teman-teman pernah mengonsumsi rumput laut?
Mungkin teman-teman mengonsumsi rumput laut untuk campuran minuman es teler atau rumput laut khas Jepang yang ada dalam sushi.
Tahukah kamu? Rumput laut juga diolah jadi hidangan khas etnis Rongga di Flores, lo.
Di sana, rumput laut disebut hinga mbeta, teman-teman. Yuk, kita cari tahu tentang rumput laut ini!
Hinga Mbeta, Rumput Laut Hidangan Etnis Rongga
Jika teman-teman berkunjung ke pantai selatan di Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, teman-teman mungkin akan menjumpai rumput laut yang diolah jadi hidangan lokal di sana.
Etnis Rongga yang tinggal di sana memiliki berbagai makanan khas, salah satunya adalah hidangan dari hinga mbeta atau rumput laut dari laut selatan di Manggarai Timur.
Sebagian besar masyarakat etnis Rongga memang tinggal di Kecamatan Kota Komba, teman-teman.
Baca Juga: Wah, Villa Hantu di Lombok Utara Ini Banyak Dikunjungi Wisatawan!
Dalam bahasa Rongga, hinga artinya “telinga” dan mbeta artinya “putus”.
Wah, apa maksudnya, ya? Rupanya maksud nama itu adalah menggambarkan kelezatan hinga mbeta saat dimasak dan dihidangkan.
Masyarakat etnis Rongga sendiri sudah tinggal di sana sejak ribuan tahun lalu dan sudah memanfaatkan hinga mbeta sejak lama sekali.
Namun, awalnya masyarakat etnis Rongga tidak menyebut rumput laut itu hinga mbeta, teman-teman.
Ternyata ada kisah di balik nama rumput laut itu, lo.
Cerita di Balik Nama Hinga Mbeta
Alkisah, suatu hari ada beberapa orang yang pergi ke pantai untuk mencari rumput laut.
Saat rumput laut sudah terkumpul, mereka mengolahnya dengan menaburi rumput laut dengan olahan cabai lombok dalam jumlah banyak.
Kemudian, saat mencicipi hidangan rumput laut dengan cabai lombok itu, salah seorah dari mereka berkata, “Hinga mbeta e..”, yang artinya telinga putus.
Maksudnya makanan itu lezat dan pedas. Konon, dari situlah istilah hinga mbeta berasal.
Baca Juga: Pernah Makan Sate Bandeng Khas Banten? Ini Kisah di Baliknya!
Rumput Laut yang Tidak Tumbuh Setiap Saat
Hinga mbeta ini tidak tumbuh sepanjang tahun, teman-teman.
Masyarakat biasanya mengumpulkan hinga mbeta di laut pada September sampai bulan Februari.
Meski bisa dikonsumsi segar dari laut, masyarakat etnis Rongga lebih sering menyantapnya dengan parutan kelapa dan cabai yang sudah dihaluskan.
Supaya bau amis air laut hinga mbeta bisa hilang, rumput laut itu haus dicuci dengan air tawar atau air panas.
Apa teman-teman ingin mencoba hidangan khas etnis Rongga ini juga?
Baca Juga: Suka Makan Laksa Bogor? Makanan Bergizi Ini Dibuat dengan Cara Unik, lo!
Yuk, lihat video ini juga!
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR