Salah satu bahan yang dimanfaatkan adalah sisa dari kambing yang diambil dagingnya, yaitu tulang dan jeroan kambing.
Saat itu, orang-orang yang berkecukupan hanya mengonsumsi daging kambing saja.
Karenanya, tulang dan jeroan kambing yang tersisa pun diolah menjadi racikan masakan yang diberi bumbu seperti kelapa, jahe, kunyit, serai, daun jeruk segar, lengkuas, kayu manis, daun salam, cengkeh kering, bawang putih, bawang merah, garam dapur, kemiri, pala, dan kecap. Yap, jadilah tengkleng yang lezat!
Tengkleng bukan hanya makanan hasil kreativitas saat masa sedang sulit, ada juga filosofi di balik semangkung tengkleng, lo.
Baca Juga: Pernah Coba Bebek Timbungan? Makanan Khas Bali Ini Mulai Langka
Filosofi Tengkleng
Salah satu ciri khas saat mengonsumsi tengkelng adalah makan sumsum dari dalam tulang kambing. Sumsum itu dihisap perlahan-lahan, teman-teman.
Rupanya, hidangan tengkleng dan cara menikmatinya ini dibawa dari filosofi agar tidak mudah takluk oleh penderitaan hidup.
Kemudian, bahan makanan dalam tengkleng itu juga dipengaruhi nasihat leluhur tentang jangan membuang nasi, atau menyia-nyiakan rezeki.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR