Bobo.id - Saat ini teknologi yang digunakan untuk mendukung permainan game semakin beragam.
Tidak hanya dimainkan menggunakan stik atau konsol permainan, tapi juga sudah diciptakan teknologi virtual reality atau VR.
VR berbentuk seperti kacamata yang digunakan dengan cara memasang smartphone pada VR sehingga kita bisa melihat permainan yang ada di ponsel.
Dengan menggunakan VR, kita bisa merasakan dengan lebih jelas sensasi game yang sedang dimainkan.
Baca Juga: Mengapa Laba-Laba Tidak Terjerat di Sarangnya yang Lengket, ya?
Namun VR tidak hanya bisa digunakan untuk bermain game saja, nih, teman-teman.
Bahkan penggunaan VR juga bisa membantu mengatasi fobia yang dialami oleh teman-teman dengan down syndrome.
Bagi kita yang ingin mendapatkan pengalaman lebih nyata dalam menonton film maupun video, juga bisa menggunakan VR.
Sapi di Sebuah Peternakan di Rusia Menggunakan VR
Uniknya, saat ini teknologi VR tidak hanya digunakan oleh manusia saja, tapi juga oleh sapi.
Sebuah peternakan sapi di Rusi sedang melakukan uji coba VR dengan memakaikan kacamata VR ke sapi-sapi yang ada di sana.
Sapi yang ada di sebuah peternakan sapi di Moskow ini menggunakan peralatan VR yang sudah dirancang khusus untuk sapi.
Peternak sapi mengungkapkan, pemakaian VR pada sapi dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi sapi.
Baca Juga: Selain Lalat Hijau, Apa Saja Jenis Lalat yang Ada di Sekitar Kita? #AkuBacaAkuTahu
Tes pertama pemasangan VR pada sapi ini baru dilakukan di peternakan RusMoloko yang ada di distrik Ramensky, Moskow.
Untuk membuat dan memasangkan VR khusus sapi ini ternyata tidak mudah, teman-teman.
Hal ini disebabkan karena letak mata sapi yang tidak berada di depan, melainkan di sisi kepala.
Akibatnya, sapi memiliki pengelihatan seluas 300 derajat, tapi pengelihatan kedua mata mereka hanya terbatas ada 25 sampai 30 derajat saja.
Baca Juga: Mengenal Siklus Hidup Capung, Contoh Metamorfosis Tidak Sempurna
Selain itu, pemilihan warna pada VR juga harus diperhitungkan, karena sapi sangat sensitif pada beberapa warna tertentu.
Sapi dapat membedakan sebagian besar warna dan sangat pandai mengenali corak pada ujung warna spektrum merah, seperti warna merah, oranye, dan kuning.
Sementara warna hijau, biru, dan ungu merupakan warna yang kurang dapat dikenali dengan baik oleh sapi.
Pemasangan VR Diharapkan Bisa Meningkatkan Kesejahteraan Sapi
Apakah kamu penasaran apa yang dilihat sapi pada saat dipasangkan VR oleh para peneliti dan peternak?
Nah, VR yang dipasangkan pada sapi ini menampilkan simulasi ladang musim panas yang dirancang khusus untuk menarik sapi.
Namun sebenarnya apa tujuan dari pemasangan VR ini pada sapi yang ada di peternakan, ya?
Ternyata pemasangan VR ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sapi, bukan hanya sebagai kebutuhan fisik saja, tapi juga kebutuhan emosionalnya.
Baca Juga: Kuda Banyak Dipelihara dan Diternakkan, Apakah Masih Ada Kuda Liar?
Dari percobaan yang dilakukan, memasangkan VR dengan simulasi pemandangan padang rumput saat musim panas menunjukkan adanya peningkatan suasana hati pada sapi.
Cara ini dianggap penting untuk dilakukan, berdasarkan penelitian yang menunjukkan bahwa sapi yang lebih bahagia akan menghasilkan susu yang lebih bergizi.
Peternak Sudah Melakukan Berbagai Cara untuk Meningkatkan Kualitas Susu Sapi
Sebelum penggunaan VR pada sapi, peternak sudah menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas susu sapi, nih.
Berbagai pendekatan atau cara yang dilakukan seperti memainkan musik klasik di kandang sapi, hingga memberikan pijatan untuk sapi.
Baca Juga: Lucunya Video Hanga si Anjing Komondor Saat Berenang, Bulunya Seperti Kain Pel
Namun menurut peternak, penggunaan teknologi VR merupakan cara yang paling memberikan hasil, nih.
Tes ini masih berlangsung dan para peneliti berharap penelitian panjang yang dilakukan akan menunjukkan hasil yang jelas dari efek pemasangan VR pada sapi dengan produksi susu, baik dari kualitas maupun kuantitas atau jumlahnya.
Yuk, lihat video ini juga!
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR