Kadang-kadang aku sadar Aya kesepian. Tetapi dia terlalu kecil untuk jadi teman bermainku. Bila hah Minggu, aku lebih suka bermain-main dengan teman- teman sebayaku. Padahal aku tahu Aya ingin berada di dekatku. Aya begitu bangga padaku.
Ah, memikirkan Aya, aku jadi sedih. Sepulang les, aku berjanji akan menemaninya mengerjakan PR.
Bukan Aya yang kujumpai ketika pulang, melainkan sehelai surat di meja belajarku. Gemetar juga aku membacanya.
Baca Juga: Antara Paha dan Dada Ayam, Bagian Daging Mana yang Lebih Sehat?
Mbak Karin,
Mama Dian juga bisa membantu Dian mengerjakan PR matematika. Tapi, Mbak Riri yang lebih sering membantu. Kenapa Mbak Karin nggak bisa begitu?
Aya tidak akan pulang, Mbak Karin. Aya mau tinggal di rumah Dian saja. Aya mau jadi adiknya Mbak Riri. Bilang sama Mama, ya....
Kubaca surat pendek itu berulang-ulang. Aku tak tahu mesti melakukan apa.
"Karin!" Terdengar panggilan Mama. "Coba kaususul adikmu di rumah Dian! Heran, buat PR saja sampai petang begini!"
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR