Suatu hah Pak Dudi berkata, "Pak Amang, kalau Pak Amang tidak meningkatkan ketrampilan melukis Pak Amang, maka Bapak akan tersingkir oleh pelukis-pelukis lain. Gambar Pak Amang membosankan, itu-itu saja. Selalu wanita berhidung mancung dan bertubuh langsing dan pria tampan dengan rambut tersisir rapi! Paduan wamanya juga begitu-begitu saja. Seperti orang yang tidak kreatif saja, orang yang hampir masuk kubur!"
Mendengar kritik dari bos barunya, Pak Amang sangat kecewa. la mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dan tak mau melukis lagi.
Baca Juga: Keramas Setiap Hari Bisa Bikin Rambut Cepat Panjang, Mitos atau Fakta?
Maka Pak Amang pun tinggal di desa dan memulai hidup baru sebagai petani bunga. la tak pernah melukis lagi. Bahkan ia tak berhubungan dengan kawan-kawan sekantornya dulu. la menyembunyikan alamatnya sehingga kawan sekantornya yang akrab yang bernama Pak Anto pun tidak bisa mencarinya. Sering ia mengalami perasaan rindu untuk melukis, tapi ia selalu ingat perkataan Pak Dudi bahwa gambarnya membosankan. Lagi pula ia dinilai tidak kreatif. Jadi untuk apa ia melukis? la seorang pelukis yang gagal.
Kadang-kadang timbul perasaan benci Pak Amang pada Pak Dudi. Kalaulah Pak Dudi tidak bicara seperti itu pastilah ia masih sibuk melukis sampul-sampul buku dan karyanya dinikmati para pembeli buku. Juga ia masih menikmati saat-saat yang manis dalam pergaulan dengan kawan-kawan sekantornya dulu. Sekarang nama Amang Subandi sebagai pelukis dilupakan orang. Bahkan ia mulai terserang penyakit eksim yang tidak sembuh-sembuh walaupun berbagai macam obat sudah dicoba.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR