Bobo.id - Suhu tubuh normal manusia adalah 37 derajat Celcius, yang bisa kita ukur dengan termometer.
Selain termometer untuk mengukur suhu tubuh, ada juga termometer ruangan dan termometer makanan.
Nah, di Indonesia, kita akan menggunakan satuan Celcius untuk menentukan suhu.
Berbeda di Indonesia, maka berbeda pula dengan di negara lain, nih.
Kalau di Indonesia menggunakan satuan pengukuran berupa Celcius, maka di Amerika, satuan pengukuran suhu yang digunakan adalah Fahrenheit.
Apa yang menyebabkan adanya perbedaan satuan pengukuran ini, ya?
Baca Juga: Sekarang Dilakukan saat Berkenalan, Berjabat Tangan Punya Fungsi Awal yang Berbeda
Sistem Pengukuran di Indonesia Menggunakan Matriks
Satuan pengukuran Celcius termasuk dalam sistem matriks, sedangkan Fahrenheit adalah sistem pengukuran imperial.
Ini artinya, Indonesia menggunakan sistem pengukuran matriks, yang kita gunakan dalam berbagai hal.
Sistem penghitungan matriks ini kita gunakan sehari-hari untuk berbagai pengukuran, seperti menghitung jarak dengan milimeter (mm), sentimeter (cm), meter (m), kilometer (km), dan sebagainya.
Penghitungan matriks ini juga kita gunakan untuk mengukur berat, yaitu gram, kilogram (kg), serta suhu yang menggunakan Celcius.
Sedangkan pada sistem penghitungan imperial, tidak banyak digunakan di Indonesia, seperti inch, cup, dan mengukur suhu dengan satuan Fahrenheit.
Fahrenheit dan Celcius Memiliki Titik Beku dan Didih yang Berbeda
Celcius dan Fahrenheit juga memiliki perbedaan pada titik beku dan titik didihnya.
Pasti teman-teman sudah mengetahui kalau dalam pengukuran menggunakan satuan Celcius, titik beku berada di 0 derajat, sedangkan titik didih berada di suhu 100 derajat.
Pada pengukuran menggunakan satuan Fahrenheit, titik beku berada di suhu 32, dan titik didih berada di suhu 212 derajat.
Penyebab Amerika Menggunakan Sistem Penghitungan Imperial
Sistem penghitungan imperial yang digunakan oleh Amerika ternyata sudah berlangsung sejak abad ke-18 dan 19, lo.
Penghitungan Fahrenheit ditemukan oleh Daniel Gabriel Fahrenheit dan dipatenkan pada tahun 1724 dan menjadi bagian dari British Royal Society.
Pada abad ke-18 dan 19 saat Inggris menaklukkan banyak negara jajahannya, pengukuran dengan sistem imperial ini semakin tersebar luas, teman-teman.
Karena inilah Fahrenheit kemudian menjadi sistem standar yang digunakan oleh wilayah-wilayah kekuasaan Inggris.
Kemudian pada akhir abad ke-20 pada saat masa Revolusi Perancis, banyak digunakan sistem penghitungan matriks, seperti Celcius, meter, dan kilogram.
Sistem penghitungan dengan matriks ini akhirnya semakin populer dan digunakan di negara-negara berbahasa Inggris.
Karena kepopuleran sistem penghitungan matriks ini, Amerika kemudian ikut mencoba sistem ini.
Tahun 1875, penggunaan sistem matriks ini disahkan dalam sebuah kongres di Amerika Serikat dan dibuat sebuah alat bantu bernama United States Metric Board untuk memudahkan pembelajaran.
Baca Juga: Berusia Puluhan Ribu Tahun, Bagaimana Lukisan Gua Bisa Tetap Awet?
Masyarakat Amerika Menolak Penggunaan Sistem Matriks
Meskipun pemerintah menganjurkan penggunaan sistem matriks, tapi banyak masyarakat Amerika yang menolak penggantian sistem ini.
Hal ini karena pemerintah tidak mewajibkan masyarakat untuk mempelajari dan menggunakan sistem penghitungan yang baru ini.
Masyarakat pun kemudian tidak mau mengubah kebiasaan mereka melakukan penghitungan dengan sistem imperial.
Baca Juga: Digemari Banyak Orang, Sejak Kapan Ada Roti Tawar, ya? #AkuBacaAkuTahu
Begitu juga dengan para siswa sekolah yang kesulitan mempelajari dan berhitung dengan menggunakan dua satuan yang berbeda.
Pemerintah Amerika Serikat juga menganggap akan banyak anggaran yang harus dikeluarkan untuk mengubah kebiasaan penghitungannya.
Akhirnya hingga saat ini Amerika Serikat masih menggunakan sistem penghitungan imperial dalam kesehariannya.
Tonton video ini juga, yuk!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR