Di Kolkata, tanah liat yang digunakan untuk membuat tembikar diambil dari Pelabuhan Diamond, yang merupakan tepian Sungai Gangga.
Tanah liat itu diproses secara manual menggunakan tangan, kemudian dibentuk menggunakan meja putar dan dikeringkan di bawah panas Matahari, lalu dibakar.
Tembikar yang sudah jadipun dibersihkan dan didistribusikan ke toko-toko.
Tradisi minum teh menggunakan bhar sempat turun peminat, semenjak ada cangkir dari plastik dan stainless steel.
Namun, bahan-bahan itu tidak ramah lingkungan seperti cangkir tanah liat.
Cangkir dari tanah liat ramah lingkungan karena bisa menyatu kembali dengan tanah.
Masyarakat di Kolkata masih ada yang mempertahankan minum chai menggunakan cangkir tanah liat karena rasa tehnya jadi lebih nikmat.
Baca Juga: Orang Inggris Suka Mencampurkan Susu ke dalam Teh, Kenapa, ya?
Tradisi Ratusan Tahun
Bukan hanya budaya minum teh, tradisi membuat cangkir tembikar untuk minum teh di India juga sudah ada beradab-abad lamanya.
Sehingga, pembuat tembikar di Kolkata bukan hanya bekerja membuat tembikar, namun juga meneruskan tradisi budaya di sana.
Sayangnya, meskipun unik dan ramah lingkungan, tradisi ini juga terancam oleh penggunaan cangkir plastik yang lebih praktis bagi penjual chai.
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | Great Big Story,AL JAZEERA |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR