Bobo.id – Lapisan Bumi paling atas adalah kerak Bumi, teman-teman.
Di bawah lapisan Bumi paling atas, ada mantel Bumi, dan inti Bumi.
Kali ini, kita cari tahu tentang lapisan Bumi paling atas, yuk!
Kira-kira seberapa dalamnya lapisan Bumi paling atas, ya? Ayo, kita cari tahu fakta seru kerak Bumi!
Bumi yang Mendingin Membentuk Kerak Bumi
Menurut ilmuwan, Bumi mulai terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Wah, sudah lama sekali, ya?
Saat terbentuk, Bumi merupakan batuan yang panas sekali, lo!
Lama kelamaan, Bumi mendingin dan akhirnya terbentuklah kerak Bumi.
Meski begitu, bagian dalam Bumi masih sangat panas, lo. Bahkan, inti Bumi kita memiliki suhu sepanas permukaan Matahari.
Inti Bumi terbagi menjadi dua, yaitu inti bagian luar dan bagian dalam. Lapisan di antara kerak Bumi dan inti Bumi, yaitu mantel Bumi, juga sangat panas dan bisa mengalir.
O iya, kerak Bumi juga terbagi menjadi dua, yaitu kerak benua dan kerak samudra.
Baca Juga: Jadi Titik Terdalam di Bumi, Apa Saja yang Ada di Palung Mariana?
Seberapa Dalamnya Kerak Bumi?
Sebagai lapisan Bumi paling atas, kerak Bumi yang kita tinggali menjadi lapisan Bumi yang paling banyak dipelajari, teman-teman.
Kerak Bumi terdiri dari berbagai batuan, teman-teman, baik yang ada di bawah laut maupun di darat. Batuan itu adalah batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen.
Jika dibandingkan dengan lapisan Bumi di bawahnya, kerak Bumi sangat tipis.
Umumnya, ketebalan lapisan kerak benua adalah 30 – 50 kilometer dan kerak samudra sekitar 5 – 10 kilometer. Ada juga yang berpendapat bahwa kerak benua dalamnya mencapai 70 kilometer.
Di antara kerak Bumi dan mantel Bumi, terdapat bagian pembatas yang disebut lapisan Mohorovicic atau lapisan Moho. Nama lapisan ini dibuat berdasar ahli gempa Bumi asal Kroasia, Andrija Mohorovicic.
Baca Juga: Berbeda dari Planet Lain, Bumi Punya Air, Dari Mana Asalnya?
Suhu di Dalam Kerak Bumi
Meskipun jauh dari inti Bumi, bagian kerak Bumi yang berdekatan dengan mantel Bumi juga panas, nih, teman-teman.
Suhu di dalam kerak Bumi mulai suhu udara di bagian atas, hingga mencapai 870 derajat Celcius di bagian terdalamnya.
Pada bagian terdalam itu, batuan Bumi mulai meleleh, teman-teman.
Di bagian dalam kerak Bumi yang bersuhu 176 derajat Celcius, kita bisa memanggang roti, lo!
Di negara Islandia yang banyak gunung berapi dan mata air panas, ada juga roti tradisional yang dipanggang menggunakan panas Bumi ini. Hihi…
Baca Juga: Wah, di Islandia Ada Roti yang Dipanggang dengan Panas Bumi, lo!
Harta Karun di Kerak Bumi
Di dalam kerak Bumi, manusia juga menemukan ada banyak harta karun tersembunyi, nih.
Sebagian besar kerak Bumi terdiri dari oksigen dan silika, juga berbagai mineral lainnya. Tapi ada banyak kandungan kerak Bumi yang berharga, lo.
Beberapa di antara kandungan kerak Bumi yang dimanfaatkan oleh manusia ada emas, batu berlian, perak, platinum, grafit, dan banyak yang lainnya.
Lubang Terdalam Bumi yang Dicapai Manusia
Apa teman-teman tahu di mana lubang terdalam di dunia berada?
Lubang terdalam di dunia adalah Kola Superdeep Borehole di Murmansk, Rusia.
Lubang itu dibuat ketika masa Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet sejak tahun 1960-an.
Pihak Uni Soviet (sekarang Rusia) melakukan proyek pengeboran yang menghasilkan lubang sebesar 23 sentimeter dengan kedalaman mencapai 12 kilometer ke kerak Bumi.
Selama masa pengeboran, ilmuwan menemukan bahwa suhu di kilometer ke-12 di bawah permukaan Bumi mencapai 180 derajat Celcius.
Itulah serba-serbi kerak Bumi, lapisan paling atas dari planet tempat tinggal kita!
Baca Juga: Akan Mencapai Jarak Terjauhnya, Apa Jarak Matahari dari Bumi Memengaruhi Suhu di Bumi?
Sumber: Buku The Earth Book: A world of exploration and wonder karya Jonathan Litton dan Thomas Herbrook.
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Lihat video ini juga, yuk!
Source | : | Oregonstate.edu |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR