Bobo.id – Teman-teman pasti sudah tahu siapa tokoh yang merumuskan Pancasila sebagai dasar negara kita, bukan?
Tokoh yang merumuskan Pancasila adalah Mohammad Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Nah, selain tokoh yang merumuskan Pancasila, ada tokoh penting lainnya yang perlu teman-teman ketahui, lo.
Tokoh penting ini berjasa merancang lambang Garuda Pancasila, teman-teman.
Yap, lambang negara kita adalah burung Garuda dan dasar negara kita adalah Pancasila.
Nah, lambang burung Garuda digambarkan dengan lambang sila Pancasila di dadanya.
Kita cari tahu serba-serbi seputar lambang negara kita dan siapa tokoh penting di balik lambang Garuda Pancasila ini, yuk!
Makna Lambang Garuda Indonesia
Garuda merupakan penggambaran sosok hewan yang kuat, teman-teman.
Dalam mitologi Hindu, burung Garuda merupakan sosok yang tangguh.
Burung Garuda digambarkan mencengkeram sebuah pita bertuliskan Bhineka Tunggal Ika.
Bhineka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tapi tetap satu juga.
Ini karena di Indonesia ada banyak sekali ras, agama, dan suku, namun merupakan satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia.
Baca Juga: Lambang Negara Indonesia Adalah Burung Garuda, Apakah Burung Garuda Memang Ada?
O iya, burung Garuda Pancasila digambarkan menghadap ke kanan. Ternyata ini juga ada alasannya, lo!
Rupanya karena arah kanan merupakan simbol kebajikan, teman-teman.
Lambang negara kita menggambarkan bangsa Indonesia yang kuat, beraneka ragam, dan baik hatinya.
Warna emas pada lambang burung Garuda juga ada artinya, lo.
Warna tersebut adalah harapan agar bangsa Indonesia selalu berjaya.
Lambang Kemerdekaan Indonesia pada Burung Garuda Pancasila
Burung Garuda yang menjadi lambang negara kita memiliki jumlah bulu yang melambangkan hari kemerdekaan negara Indonesia.
Ayo, siapa yang sudah tahu pembagiannya?
Bulu pada sayap burung Garuda berjumlah 17 helai yang melambangkan hari kemerdekaan Indonesia.
Kemudian, di ekor ada 8 helai bulu yang melambangkan bulan kemerdekaan Indonesia.
Bulan Agustus adalah bulan ke-8 dalam satu tahun, teman-teman.
Untuk melambangkan tahun kemerdekaan, ada 19 helai bulu di pangkal ekor dan 45 helai bulu di leher.
Jadilah lambang itu menggambarkan hari kemerdekaan Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945.
Baca Juga: Tugas dan Tujuan Pasukan PETA Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia
Lambang Sila Pancasila di Dada Burung Garuda
Di dada burung garuda, ada lambang-lambang Pancasila, teman-teman.
1. Sila pertama: bintang emas dan perisai hitam
2. Sila kedua: rantai emas berbentuk lingkaran dan segi empat
3. Sila ketiga: pohon beringin
4. Sila keempat: banteng
5. Sila kelima: padi dan kapas
Tokoh Perancang Lambang Negara Indonesia
Dari semua lambang tersebut, rupanya ada seorang perancang dibaliknya, lo!
Tokoh perancang lambang negara Indonesia adalah Bapak Sultan Hamid II, teman-teman. Rancangan itu kemudian disempurnakan oleh Presiden Sukarno.
Sultan Hamid II memiliki nama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie.
Baca Juga: Arti Sila Pertama Pancasila dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari
Beliau merupakan Menteri Negara, di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno.
Selain dikenal sebagai perancang lambang negara, Sultan Hamid II juga pernah menjadi perwira yang berjuang melawan tentara Jepang di Indonesia.
Sebelumnya ada beberapa rancangan awal lambang negara Indonesia, tapi rancangan Bapak Sultan Hamid II lah yang terpilih.
Sejarawan berusaha menemukan sketsa awal rancangan lambang kita. Awalnya, desain burung garuda belum memiliki jambul, lo.
Lambang negara Indonesia pertama ali dipakai pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 11 Februari 1950.
Ingin tahu lebih banyak tentang Pancasila? Yuk, temukan pada artikel terkait yang ada di bawah!
Baca Juga: Makna Sila Kelima Pancasila dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Yuk, lihat video ini juga!
Source | : | Kompas.com,BBC |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR