Bobo.id – Teman-teman, kita cari tahu tentang akulturasi budaya di Masjid Agung Banten, yuk!
Akulturasi Budaya di Masjid Agung Banten terdiri dari berbagai budaya, lo. Mulai dari Jawa, Islam, hingga Belanda.
Yuk, kita cari tahu bagaimana akulturasi budaya yang terlihat di Masjid Agung Banten!
Sejarah Singkat Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten dibangun tahun 1552 – 1570.
Saat itu, Sultan Maulana Hasanuddin yang menjadi tokoh penyebaran agama Islam di Banten, membangun masjid sebagai sarana dakwah, teman-teman.
Sehingga, Masjid Agung Banten ini menjadi salah satu peninggalan sejarah peradaban Islam di sana.
Di dalam masjid, simbol-simbol Islam terdapat pada jumlah tiang penyangga dalam ruang salat, yang berjumlah 24 dan susunan tiang bagian atap yang memiliki lima tingkat.
Menurut ahli, maknanya bisa diartikan sebagai dalam 24 jam umat Muslim berkewajiban menunaikan salat lima waktu.
Namun, Masjid Agung Banten juga memiliki beberapa simbol akulturasi budaya di masa lalu, lo, teman-teman.
Seperti beberapa ciri khas masjid Jawa dan adanya sentuhan arsitektur bergaya Belanda.
Baca Juga: Masjid Menara Kudus, Masjid Tua dengan Menara Unik
Bagaimana Akulturasi Budaya di Masjid Agung Banten?
Akulturasi adalah proses atau hasil pertemuan dua kebudayaan atau lebih dan saling memengaruhi.
Yuk, cari tahu ada pengaruh akulturasi budaya apa saja di Masjid Agung Banten!
Pengaruh Budaya Belanda
Akulturasi budaya juga terlihat pada bangunan menara masjid. Menara sendiri bukanlah tradisi masjid di Jawa pada masa itu.
Bentuknya yang berupa segi delapan lebih mirip dengan mercusuar dibandingkan menara masjid untuk mengumandangkan adzan. Khususnya mercusuar di Belanda.
Bentuk bangunan menara Masjid Agung Banten juga sering ditemukan di Belanda, seperti bangunan segi delapan, pintu lengkung bagian atas, konstruksi tangga melingkar seperti spiral, dan bagian kepala menara yang memiliki dua tingkat.
Kemudian, ada juga bangunan tambahan yang dibangun di abad ke-18 oleh arsitek Belanda. Bangunan paviliun itu memiliki ciri arsitektur Eropa berupa jendela-jendela yang besar.
Pengaruh Budaya Jawa
Di Masjid Agung Banten, terdapat pendopo tempat berwudu berupa kolam.
Ini menjadi salah satu karakteristik masjid Jawa pada umumnya.
Karakteristik lain masjid Jawa adalah adanya kompleks makam dalam masjid. Ini juga ditemukan di Masjid Agung Banten.
Baca Juga: 5 Masjid yang Ada di Indonesia Ini Tidak Memiliki Kubah, lo!
Namun, peletakan kompleks makam di Masjid Agung Banten juga berbeda dari masjid Jawa lainnya yang ada di sebelah barat. Di sana, kompleks makam berada di bagian utara masjid, dan menjadi tradisi di masjid-masjid lain di Banten.
Menara Masjid Agung Banten pun memiliki ragam hias yang ada di pulau Jawa, seperti hiasan pada kepala menara yang membentuk segitiga memanjang, yang dikenal sebagai tumpal.
Motif relung pada pintu menara juga seperti menyederhanakan motif kalamakara dalam tradisi kebudayaan Indonesia pra-Islam.
Pengaruh Budaya Tionghoa
Selain budaya Jawa, Belanda, dan Islam, pada mimbar yang terdapat di dalam ruang salat, memiliki desain ukiran khas Tionghoa yang berakulturasi dengan budaya Islam.
Mimbar di Masjid Agung Banten juga ukurannya besar dan unik bentuknya, mimbar atau tempat khutbah ini memiliki beberapa anak tangga dan terdapat banyak ukiran di setiap sisinya, teman-teman.
Ukiran ini terlihat seperti ukiran khas Tionghoa namun juga terdapat tulisan dalam bahasa arab gundul.
Mimbar ini merupakan wakaf yang diberikan pada Masjid Agung Banten tahun 1903.
Wah, ternyata ada banyak akulturasi budaya yang bisa kita lihat di Masjid Agung Banten, ya!
Baca Juga: Mengunjungi Hagia Sophia, Museum Indah Saksi Sejarah di Turki
Lihat videonya di sini:
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Source | : | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR