“Poll yang malang pasti tenggelam di hari badai,” mereka saling bercerita. “Kapten kita mungkin sudah mulai gila, karena dia berpikir akan menemukan Poll lagi. Sekarang bagaimana kita bisa menghiburnya?"
Para awak kapal mencoba berbaai cara. Mulai dari menangkap burung camar laut, dan mencoba mengajarkannya untuk berbicara. Atau mereka bergantian mendongengkan kapten dengan cerita cerita petualangan yang aneh dan menarik.
“Ah," desah sang kapten. “Hal-hal yang aneh memang terjadi hari-hari ini.”
Tapi dia terus tampak semakin sedih dan sedih. Kapal mereka terus berlayar tak tentu arah. Sampai suatu hari, tak jauh dari kota Labrador, mereka melihat para pemburu paus sedang mengejar seekor paus.
“Lihat! Paus itu meniup air!” Teriak pengintai.
Dan paus itu lalu meluncur mendahului kapal yang riang itu.
Namun ketika kapal riang itu berada di dekat si paus, dan para pemburu paus tampak siap untuk menombak, tak tahu dari arah mana, terdengar suara berteriak,
“Berhenti, kalian pelaut ceroboh! Biarkan makhluk malang seperti aku ini bebas!”
“Pausnya bisa bicara! Pausnya bicara!” seru para pembawa tombak.
“Paus berbicara!” teriak kapten pemburu paus. “Anak-anak, ayo kita kembali ke markas! Tinggalkan laut yang berhantu ini!”
Baca Juga: Musik Campursari, Musik Nasional Kebanggaan Indonesia yang Juga Terkenal di Belanda!
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR