Bobo.id - Teman-teman sudah tahu manfaat mendongeng, kan? Mendongeng bisa membuat kita menjadi cerdas.
Nah, hari ini ada dongeng anak yang berjudul Paus Berbicara.
Jangan lupa untuk membaca dongeng atau minta orang tuamu untuk mendongeng untukmu, ya!
----------------------------
Baca Juga: Cerita Rakyat Banten, Asal-usul Kabupaten Pandeglang #MendongenguntukCerdas
Kapten McDermott adalah kapten kapal yang periang. Semua awak kapalnya pun menjadi riang. Para pelaut bernyanyi sambil bekerja di kapal. Juru masak kapal juga bergoyang-goyang di dapurnya sambil memotong sayuran.
Kapten itu sendiri melakukan tugasnya, dengan beo di pundaknya, tertawa dan bercanda di antara memberi perintah.
Tapi suatu hari, terjadi malapetaka tiba-tiba. Poll si burung beo yang malang diterbangkan angin dari kapal. dan sejak itu, Kapten MeDermott menjadi berubah.
Dia lupa akan tugas-tugasnya. Semua yang akan dia lakukan adalah berlayar ke laut, mencari hewan peliharaannya yang hilang.
Dan dia tampak begitu sedih, sedih, dan putus asa sehingga anak buahnya, bahkan koki, juga sedih dan berlinang air mata.
“Poll yang malang pasti tenggelam di hari badai,” mereka saling bercerita. “Kapten kita mungkin sudah mulai gila, karena dia berpikir akan menemukan Poll lagi. Sekarang bagaimana kita bisa menghiburnya?"
Para awak kapal mencoba berbaai cara. Mulai dari menangkap burung camar laut, dan mencoba mengajarkannya untuk berbicara. Atau mereka bergantian mendongengkan kapten dengan cerita cerita petualangan yang aneh dan menarik.
“Ah," desah sang kapten. “Hal-hal yang aneh memang terjadi hari-hari ini.”
Tapi dia terus tampak semakin sedih dan sedih. Kapal mereka terus berlayar tak tentu arah. Sampai suatu hari, tak jauh dari kota Labrador, mereka melihat para pemburu paus sedang mengejar seekor paus.
“Lihat! Paus itu meniup air!” Teriak pengintai.
Dan paus itu lalu meluncur mendahului kapal yang riang itu.
Namun ketika kapal riang itu berada di dekat si paus, dan para pemburu paus tampak siap untuk menombak, tak tahu dari arah mana, terdengar suara berteriak,
“Berhenti, kalian pelaut ceroboh! Biarkan makhluk malang seperti aku ini bebas!”
“Pausnya bisa bicara! Pausnya bicara!” seru para pembawa tombak.
“Paus berbicara!” teriak kapten pemburu paus. “Anak-anak, ayo kita kembali ke markas! Tinggalkan laut yang berhantu ini!”
Baca Juga: Musik Campursari, Musik Nasional Kebanggaan Indonesia yang Juga Terkenal di Belanda!
“Tidak, tunggu sebentar!” seru Kapten MeDer-mott, melompat berdiri dan tampak tenang dan ceria. Dengan itu, ia menurunkan jaring, dan menarik sebuah tong tua yang mengambang di dekat kapal.
Setelah tong itu sampai di kapal, ia mengeluarkan isinya. Seekor burung biru yang basah kuyup dan kurus.
“Itu Poll!” seru anak buahnya. “Poll selamat dan sehat. Kapten kami tidak gila!”
“Aku memang gila saat kehilangan hewan peliharaanku,” tawa Captain McDermott terkekeh. “Tapi tidak cukup gila untuk percaya pada paus yang bisa berbicara! Sekarang, Poll, cepat minta maaf pada para pemburu paus. Kamu sudah membuat mereka takut,” kata kapten.
“Ow,” kata Poll. “Oww…” katanya lagi. Ia lalu berkata, "Maaf, teman-teman — tapi pelaut yang kapalnya rusak kan perlu sedikit bersenang-senang,” katanya dengan suara yang dia gunakan untuk paus, meskipun tidak terlalu bergema seperti waktu di dalam tong.
Para pemburu paus paling lega setelah tahu bahwa mereka mengejar paus biasa.
Kapten McDermott lebih bergembira daripada sebelumnya, dan awaknya bahkan lebih senang. Sementara Poll, makan kue-kue dengan lahap dan kelaparan. Dia mencengkeram erat di bahu kapten. Tampaknya, tidak ada angin yang bisa meniupnya ke laut lagi.
Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Novian
#MendongenguntukCerdas
Baca Juga: Bukan Hanya Membantu Gigi Lebih Rapi, Ketahui Manfaat dan Bagaimana Proses Kawat Gigi Bekerja, yuk!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR