“Jadi, kalian ini…” kata Reysha ragu.
“Benar. Kami semua menyelam ke dasar laut Maluku dan Menyelamatkan Putri Bia dari cengkraman monster laut. Saat akhirnya berhasil, kami hanya bisa mengantarkan Putri Bia yang tak sadarkan diri ke pasir putih Pantai Nastepa, lalu kembali ke laut,” sahut si belut yang pertama.
“Namun, Putri Bia sangat menyayangi Raja Morea. Saat tersadar, ia segera mencari Raja Morea. Ia tahu dari nenek penyihir bahwa Raja Morea setiap hari melawan monster-monster laut itu.
Putri Bia memohon agar Raja Morea dan prajurit-prajuritnya dikembalikan menjadi manusia. Nenek penyihir hanya bisa memberi Putri Bia ramuan agar mereka bisa dikeluarkan dari lautan dan tinggal di kolam. Wujud mereka tetap berbentuk belut,” lanjut prajurit belut kedua.
“Jadi, kalian semua dipindahkan Putri Bia ke kolam ini, ya?” tanya Reysha.
“Betul. Putri Bia merawat kami dengan baik sampai akhir hayatnya beratus tahun lalu,” ucap Raja Morea yang tiba-tiba muncul di belakang Reysha.
“Kamu tidak perlu mengubah dirimu menjadi belut demi saudaramu. Kenapa kamu tak mau mengalah sedikit untuk saudaramu?” Tanya Raja Morea, melangkah mendekati Reysha. Prajurit-prajurit belut lainnya juga mendekat, mengepung Reysha. Udara di dalam kolam itu tiba-tiba menjadi jauh lebih dingin.
“Kalau kamu tidak mau mengalah, bergabunglah dengan kami di sini. Biar kami ajari caranya mengalah,” ucap salah satu prajurit belut itu, memegang tangannya. Kulitnya terasa dingin dan berlendir di kulit Reysha.
Baca Juga: Bagaimana Sebuah Pandemi Bisa Berakhir? Cari Tahu 3 Cara yang Bisa Dilakukan, yuk!
Penglihatan Mulai Buram? Ini 3 Hal yang Bisa Jadi Penyebab Mata Minus pada Anak-Anak
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR