Bobo.id - Teman-teman sudah tahu manfaat mendongeng, kan? Mendongeng bisa membuat kita menjadi cerdas.
Nah, hari ini ada dongeng anak yang berjudul Domba Berbulu Serigala.
Jangan lupa untuk membaca dongeng atau minta orang tuamu untuk mendongeng untukmu, ya!
-----------------------------
Sejak dahulu, serigala selalu memangsa domba. Akibatnya, jumlah domba semakin berkurang dan jumlah serigala semakin banyak.
Kini, domba-domba merumput dengan takut di padang rumput. Begitu terdengar langkah serigala, mereka lari mencari persembunyian. Ada yang bersembunyi di kerimbunan bunga yang sedang dihisap kumbang. Ada yang berlari ke gua tempat tingal beruang. Ada juga yang memanjat pohon tempat burung bersarang.
Kumbang, burung, dan beruang merasa sangat terganggu. Mereka memarahi ketua domba.
“Makan siangku terganggu,” gerutu Kumbang.
“Tidur siangku jadi kacau, keluh Beruang.
“Sarangku rusak!” omel Burung.
“Ini gara-gara serigala,” sahut ketua Domba. Ia dan domba-domba lainnya tetap tak mau meninggalkan kerimbunan bunga, gua, dan pohon.
Beruang, Burung, dan Kumbang terpaksa mencari akal. Diam-diam, mereka pergi ke sarang serigala dan mencuri bulu-bulu hewan buas itu. Bulu-bulu serigala lalu mereka pakaikan pada semua domba. Kini, Ketua Domba dan Domba-domba lainnya berbulu serigala. Mereka pun dapat merumput dengan aman.
Pada suatu hari, Ketua Serigala menghampiri Ketua Domba yang berbulu serigala. “Mengapa kamu makan rumput?” Tanya Ketua Serigala heran.
“Karena aku tidak menemukan domba,” jawab Ketua Domba dengan hati berdebar takut.
Ketua Serigala lalu ikut mengunyah rumput. “Huekh! Huekh!” Ketua Serigala memuntahkan kembali rumput-rumput itu. “Astagaaa, makananmu sangat tidak enak!” Ketua serigala menjadi kasihan pada Ketua Domba yang disangka serigala juga.
Suatu hari, Ketua Serigala berhasil mendapatkan seekor kelinci. Ia lalu membagi daging kelinci itu pada Ketua Domba.
“Huek! Huek!” Begitu mengendus baud aging mentah, Ketua Domba langsung mual. “Aku sudah terbiasa makan rumput! Aku tak mau lagi makan daging,” alasan Ketua Domba.
Ketua serigala dan serigala lainnya tidak curiga. Mereka akhirnya semakin sulit menemukan domba. Tak lama kemudian, banyak serigala mati kelaparan. Ketua Serigala dan beberapa anak buahnya tampak kurus dan lemah. Domba-domba tak takut lagi pada mereka.
Baca Juga: Bisa Bantu Hilangkan Stress, Inilah Berbagai Manfaat yang Didapatkan Jika Memiliki Hewan Peliharaan
“Makanlah rumput, pasti kau sehat seperti aku!” kata Ketua Domba. Tubuhnya semakin gemuk sampai-sampai bulu-bulu serigala tak sanggup lagi menutupi semua tubuhnya.
“Mengapa bulumu memutih?” Tanya Ketua Serigala. Ia memperhatikan bulu-bulu putih yang tersembul keluar diantara bulu-bulu serigala.
“Karena aku semakin tua,” alasan Ketua Domba, mulai takut.
“Aku kenal bulu-bulu itu!” kata Ketua Serigala curiga. Ia mendekat dan mengendus-ngendus.
“Baumu seperti domba,” ujar Ketua Serigala lagi. Karena takut, Ketua Domba bersiap untuk lari. Tetapi, Ketua Serigala menarik bulu-bulu serigala yang menutupi tubuh ketua Domba. Ups! Lapisan bulu putih si Ketua domba juga ikut terlepas. Kini, tampaklah tubuh Ketua Domba yang gemuk.
“Ternyata kamu memang domba!” seru Ketua Serigala marah.
Ketua Domba berlari sekencang-kencangnya. Ketua Serigala yang lapar segera mengejarnya. Mereka berkejaran di kerimbunan bunga-bunga, di gua beruang, sampai ke atas pohon.
Akhirnya, Ketua Domba berlari ke rumah manusia. Manusia mengusir Ketua Serigala dan menyelamatkan ketua domba. Saat musim dingin, manusia melepas bulu-bulu domba. Manusia menjadikan bulu-bulu domba itu mantel dan selimut untuk menahan dingin.
Cerita: Lina D. Ilustrasi: Dok. Majalah Bobo
#MendongenguntukCerdas
Baca Juga: Bisa Meningkatkan Kekebalan Tubuh, Inilah 5 Manfaat Rutin Minum Jus Lidah Buaya di Pagi Hari
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR