Bobo.id - Apakah teman-teman pernah mendengar sebuah kota bernama Magelang? Atau justru teman-teman tinggal di Kota Magelang?
Magelang adalah sebuah kota di Jawa Tengah yang terletak di antara jalur utama Semarang dan Yogyakarta.
Awalnya, Kota Magelang merupakan ibu kota dari Kabupaten Magelang, sebelum akhirnya mendapatkan kebijakan untuk menjadi sebuah kota tersendiri.
Nah, ternyata ada cerita rakyat yang mengisahkan asal-usul nama Kota Magelang, teman-teman.
Baca Juga: Inilah 7 Nama yang Pernah Digunakan Ibu Kota Indonesia Sebelum Bernama DKI Jakarta
Asal-usul Nama Kota Magelang
Nama Kota Magelang ini berawal dari kerajaan besar yang berada di Pulau Jawa, yaitu Kerajaan Mataram.
Kerajaan Mataram dipimpin oleh seorang pemimpin bernama Panembahan Senopati.
Pada suatu waktu, Panembahan Senopati ingin memperluas daerah kerajaannya dan atas pendapat Ki Gede Pemanahan, diputuskan bahwa langkah yang harus dilakukan adalah dengan membuka sebuah hutan bernama Hutan Kedu.
Keputusan untuk memperluas wilayah kekuasaannya disebabkan karena Kerajaan Mataram tumbuh menjadi wilayah yang semakin ramai.
Panembahan Senopati kemudian memberikan tugas ini kepada anaknya, yang bernama Pangeran Purbaya.
Untuk melakukan tugasnya ini, Panembahan Senopati membekali Pangeran Purbaya dengan sebuah tombak yang bernama Tombak Kyai Pleret.
Tombak Kyai Pleret ini diberikan oleh Panembahan Senopati kepada Pangeran Purbaya karena Hutan Kedu dikuasai oleh seorang raja jin yang sangat sakti.
Maka fungsi dari tombak yang dibawa oleh Pangeran Purbaya adalah untuk melawan raja jin yang sakti.
Baca Juga: Jenderal Sudirman Ahli dalam Taktik Perang, Seperti Apa Strategi Perangnya?
Pangeran Purbaya Pergi ke Hutan Kedu
Perjalanan Pangeran Purbaya ke Hutan Kedu didampingi oleh sekelompok prajurit khusus yang sudah berpengalaman.
Saat mulai memasuki Hutan Kedu, Pangeran Purbaya dan pasukannya dihadang oleh sosok jin yang berwajah seram dan bertubuh besar.
Sosok jin ini pun menanyakan maksud kedatangan Pangeran Purbaya dan pasukannya ke dalam Hutan Kedu.
Baca Juga: Sejarah Berdirinya Museum Nasional, Materi Belajar dari Rumah TVRI Kelas 4-6 SD
Pangeran Purbaya kemudian memperkenalkan dirinya dan maksud kedatangannya ke dalam Hutan Kedu, yaitu untuk membuka Hutan Kedu sebagai sebuah perkampungan.
Sesosok jin yang bernama Jin Sepanjang ini pun murka mendengar maksud kedatangan Pangeran Purbaya. Jin Sepanjang pun mengatakan bahwa ia dan pasukannya akan menghalangi tujuan Pangeran Purbaya untuk melaksanakan tugas dari Panembahan Senopati.
Pengeran Purbaya yang mendengar jawaban dari Jin Sepanjang kemudian mengeluarkan tombaknya untuk bersiap menghadapi Jin Sepanjang.
Jin Sepanjang yang tidak takut akan Tombak Kyai Pleret pun akhirnya memulai pertarungan dengan Pangeran Purbaya.
Begitu juga dengan pasukan jinnya, yang bertarung melawan pasukan yang dibawa oleh Pangeran Purbaya.
Namun Tombak Kyai Pleret yang dibawa oleh Pangeran Purbaya ternyata bisa membuat Jin Sepanjang terdesak dan mundur.
Sambil pergi, Jin Sepanjang mengatakan bahwa dirinya tetap akan menuntut balas karena sudah mengubah hutan tempatnya tinggal menjadi perkampungan.
Baca Juga: Pertempuran Ambarawa Dipimpin Jenderal Sudirman, Mengusir Pasukan Sekutu dengan Strategi Supit Urang
Hutan Kedu Dibuka untuk Menjadi Perkampungan
Setelah kepergian Jin Sepanjang, Pangeran Purbaya mulai memimpin pasukannya untuk membuka Hutan Kedu.
Beberapa waktu kemudian, sebagian wilayah Hutan Kedu sudah berubah menjadi desa kecil yang subur dan mulai banyak warga yang berdatangan untuk menetap.
Salah satu warga yang tinggal di desa baru ini adalah Kyai Keramat besarta istrinya, Nyai Bogem dan anak perempuannya yang bernama Rara Rambat.
Rara Rambat kemudian menikah dengan salah satu tentara Kerajaan Mataram, yaitu Raden Kuning.
Baca Juga: Ada Perpustakaan Kuno di Kerajaan Kuno Asyur! Seperti Apa Isinya?
Pesta pernikahan Rara Rambat dengan Raden Kuning digelar secara meriah dan menarik perhatian Jin Sepanjang. Mengetahui hal ini, Jin Sepanjang kemudian menemukan jalan untuk membalaskan dendamnya dan mengubah penampilannya menjadi seperti seorang manusia.
Suatu hari, seorang laki-laki bernama Sonta datang menemui Kyai Keramat dan mengatakan bahwa dirinya ingin menjadi pelayan Kyai Keramat dan langsung diterima oleh Kyai Keramat.
Sonta pun bekerja dengan giat agar penyamarannya tidak terbongkar. Namun saat malam hari tiba, Sonta mengeluarkan asap putih tipis dari mulutnya yang kemudian menyebar ke seluruh desa.
Pada pagi hari, Pangeran Purbaya menerima laporan kalau ada banyak warga yang sakit mendadak dan meninggal secara misterius.
Pangeran Purbaya yang kebingungan lalu pergi menemui ayahnya, Panembahan Senopati untuk melaporkan kejadian di desa. Mengetahui hal ini, Panembahan Senopati mengatakan dirinya akan meminta petunjuk kepada Tuhan.
Keesokan harinya, Panembahan Senopati mendapatkan petunjuk setelah bertapa dan kemudian memanggil Panegran Purbaya kembali.
Baca Juga: Ternyata Begini Asal Nama Kota Solo yang Ada di Tayangan Cerita Sabtu Pagi, Anak Seribu Pulau: Solo
Pangeran Purbaya yang mengetahui bahwa penyakit misterius di desa disebabkan oleh raja jin yang menyamar menjadi pelayan di rumah Kyai Keramat pun sangat terkejut dan segera pergi menuju kediaman Kyai Keramat.
Kyai Keramat yang mendengar hal ini menjadi sangat marah. Sayangnya, saat itu Sonta yang merupakan jelmaan dari Jin Sepanjang mendengar pembicaraan Pangeran Purbaya dan Kyai Keramat segera melarikan diri.
Terjadi Pertempuran Antara Jin Sepanjang dengan Beberapa Orang
Kyai Keramat yang marah pun langsung mengejar Sonta yang melarikan diri dan bertarung melawan Sonta yang sudah kembali ke wujud asalnya menjadi Jin Sepanjang.
Namun pertarungan ini membuat Kyai Keramat mampu dikalahkan oleh kesaktian Jin Sepanjang dan membuat Kyai Keramat meninggal.
Baca Juga: 5 Alat Komunikasi yang Digunakan di Zaman Dulu, Berbeda dengan Ponsel
Kyai Keramat kemudian dimakamkan di suatu tempat dan tempat dimakamkannya Kyai Keramat kemudian dikenal sebagai Desa Keramat.
Nyai Bogem yang merasa sangat sedih atas kepergian Kyai Keramat pun bertarung dengan sang raja jin. Sayangnya, Jin Sepanjang juga bisa mengalahkan Nyai Bogem dan Pangeran Purbaya menemukan Nyai Bogem sudah meninggal.
Nyai Bogem kemudian dimakamkan di suatu wilayah yang kemudian wilayah itu dikenal sebagai Desa Bogeman.
Banyaknya orang yang meninggal akibat perbuatan Jin Sepanjang membuat Pangeran Purbaya mengutus Tumenggung Mertoyuda untuk melacak keberadaan raja jin itu.
Karena sudah banyak orang yang menjadi korban Jin Sepanjang, Pangeran Purbaya mengingatkan Tumenggung Mertoyuda untuk tidak menghadapinya sendirian dan cukup melacak keberadaan Jin Sepanjang dan melaporkannya ke Pangeran Purbaya.
Sayangnya, Jin Sepanjang mengetahui keberadaan Tumenggung Mertoyuda dan dua orang prajuritnya saat sedang melakukan pelacakan.
Baca Juga: Dulunya Makanan Bangsawan, Ini Sejarah Kue Kering yang Kini Jadi Makanan Khas Lebaran di Indonesia
Jin Sepanjang kemudian bertarung dengan Tumenggung Mertoyuda. Pangeran Purbaya yang sampai di lokasi menemukan Tumenggung Mertoyuda juga meninggal dalam pertarungan.
Nah, tempat dimakamkannya Tumenggung Mertoyuda ini kemudian dikenal sebagai Desa Mertoyuda.
Pangeran Purbaya Melakukan Strategi Baru untuk Melawan Jin Sepanjang
Mengetahui semakin banyak orang yang menjadi korban dari Jin Sepanjang, Pangeran Purbaya membuat sebuah strategi untuk melawan Jin Sepanjang.
Strategi ini dilakukan dengan cara memerintahkan prajuritnya untuk bergerak di sepanjang hutan dengan gerakan melingkar seperti gelang.
Cara ini dilakukan untuk mengepung hutan tempat Jin Sepanjang, sang raja jin berada.
Dengan melakukan cara ini, maka diharapkan Jin Sepanjang tidak akan lolos dari pengejaran.
Strategi ini ternyata berhasil dan Jin Sepanjang tidak punya kesempatan untuk melarikan diri dan harus bertarung dengan Pangeran Purbaya yang membawa Tombak Kyai Pleret.
Kesaktian Pangeran Purbaya yang lebih tinggi dari Jin Sepanjang mampun mengalahkan raja jin ini dan membuatnya jatuh ke tanah.
Baca Juga: Siapa Pendiri Kerajaan Tarumanegara dan Siapa Raja yang Memimpin Puncak Kejayaan Tarumanegara?
Setelah ditusuk menggunakan Tombka Kyai Pleret, tubuh Jin Sepanjang yang jatuh ke tanah perlahan-lahan menguap dan hilang ke udara.
Strategi Pangeran Purbaya untuk mengepung Jin Sepanjang dengan formasi gerakan melingkar seperti gelang kemudian membuat seluruh wilayah disebut sebagai Magelang.
Hingga saat ini, nama itu masih digunakan sebagai nama Kota Magelang dengan wilayah-wilayah yang namanya sama dengan tokoh yang meninggal saat melawan Jin Sepanjang.
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR