Bobo.id - Siapa yang tahu siapa saja nama-nama pahlawan nasional Indonesia?
Benar sekali, Indonesia memiliki banyak pahlawan nasional. Salah satu tokoh yang paling terkenal adalah Jenderal Soedirman (baca: Sudirman).
Baca Juga: Jadwal Tayangan Belajar dari Rumah di TVRI 27 Juli 2020 Beserta Link Live Streaming
Di tayangan Belajar dari Rumah TVRI hari ini ada materi tentang kisah perjuangan Jenderal Soedirman ketika beliau harus bergerilya dalam perjuangannya.
Seperti apa, ya? Kita simak bersama-sama, yuk!
Sekilas Profil Jenderal Sudirman
Jenderal Sudirman lahir di Jawa Tengah, tepatnya di Bodas, Karangjati, Purbalingga pada tanggal 24 Januari 1916.
Beliau memulai pendidikannya di sekolah bernama hollandsch inlandsche school (HIS).
Setelah lulus, beliau melanjutkan pendidikannya ke Taman Siswa, dan masuk ke sekolah guru HIK Muhammadiyah Surakarta.
Beliau tidak menyelesaikan sekolahnya, namun ia mengajar sebagai guru di HIS Muhammadiyah Cilacap.
Karir militernya dimulai pada tahun 1943 dan bergabung dalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA).
Setelah pelatihan, beliau dijadikan komandan battalion PETA di Kroya, Jawa Tengah.
Setelah Indonesia merdeka, Pak Sudirman bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Saat itu, Pak Sudirman berhasil merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah.
Karena kepiawaiannya, beliau pun diangkat menjadi panglima TKR dengan pangkat kolonel.
Pertempuran besar yang dipimpin beliau pertama kali adalah pertempuran Palagan Ambarawa, di mana Indonesia menang melawan tentara sekutu (Inggris) dan NICA (Belanda).
Akhirnya, pada 18 Desember 1945, Pak Sudirman dilantik menjadi Jenderal. Hingga kini beliau dikenal dengan naman Jenderal Sudirman.
Baca Juga: Bobo Creative Week Berlangsung Selama 4 Hari, Simak Ringkasan Keseluruhan Acara Serunya!
Perang Gerilya Merespon Agresi Militer Belanda II
Salah satu kiprah Jenderal Sudirman dalam mempertahankan Indonesia adalah perang gerilya yang berlangsung pada akhir Desember 1948 awal Juli 1949.
Gerilya adalah cara berperang sembunyi-sembunyi dan menyerang dengan tiba-tiba.
Selama perang gerilya, pasukan yang dipimpin Jenderal Sudirman melalukan penyerangan ke pos-pos yang dijaga Belanda atau saat konvoi.
Strategi perang gerilya ini bertujuan untuk memecah konsentrasi Belanda, teman-teman.
Perang gerilya itu merupakan respon Indonesia atas Agresi Militer II yang dilancarkan oleh Belanda.
Pada 14 Desember 1948, Belanda kembali masuk ke Indonesia dan melakukan penyerangan di beberapa wilayah, terutama di Jawa.
Belanda menyerang ibu kota Indonesia saat itu, Yogyakarta, dimulai dari Pangkalan Udara Maguwo. Mereka berhasil menguasai Yogyakarta pada 19 Desember 1948.
Jenderal Sudirman Perang Gerilya Saat Sakit Parah
Bagi Jenderal Sudirman, tidak ada kata menyerah, teman-teman. Beliau adalah orang yang gigih pendirian dan berusaha secara maksimal, meskipun kondisinya menyulitkan.
Saat menguasai Yogyakarta, Belanda terus menerus melakukan serangan.
Hingga pada 22 Desember 1948, Jenderal Sudirman memutuskan untuk meninggalkan Yogyakarta untuk memulai gerilya.
Sebenarnya, saat itu, Jenderal Sudirman sedang mengalami sakit tuberkulosis (TBC). Bersumber dari Kompas.com, keterangan dalam situs Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemdikbud) menyebutkan bahwa kondisi itu membuat paru-paru beliau hanya berfungsi 50 persen.
Memang sebelumnya saat Jenderal Sudirman berdiskusi dengan Presiden Soekarno, Presiden memintanya untuk beristirahat karena kondisinya yang sedang sakit.
Namun, menurut ahli sejarah, Jenderal Sudirman justru menjawab “Tidak, Bung! Saya tetap bersatu dengan rakyat. Karena sesuai dengan ucapan saya, saya harus bergabung dengan rakyat, menentukan kemerdekaan Indonesia.”
Perang gerilya membutuhkan perjalanan panjang di mana Jenderal Sudirman dan pasukannya harus keluar masuk hutan dan melewati jalur pedesaan.
Sampai akhirnya saat kondisi kesehatan Jenderal Sudirman memburuk dan tidak kuat berjalan. Jenderal Sudirman ditandu oleh para prajuritnya yang setia.
Baca Juga: Rambut Bercabang dan Kering jadi Ciri Rambut Rusak, Ketahui Ciri Lain Rambut Rusak
Memimpin dengan Pemikiran Strategis
Meski sedang sakit, Jenderal Sudirman tetap mampu memberikan strategi perang yang baik dan bisa memotivasi pasukannya.
Beliau memang tidak berperang langsung, namun pemikirannyalah yang meimpin para prajurit.
Dengan taktik perang gerilya Belanda jadi kebingungan karena ada serangan yang dilakukan secara tiba-tiba.
Di samping itu, Jenderal Sudirman juga menyiapkan sebuah serangan yang direncanakan dengan matang. Serangan itu dilakukan pada 1 Maret 1949 pagi serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Fokus serangan itu adalah di ibu kota Indonesia, yaitu Yogyakarta. Pada 1 Maret 1949 pukul 06.00 WIB, sirine di seluruh penjuru kota Yogyakarta dibunyikan sebagai tanda serangan dimulai.
Selagi Jenderal Sudirman bergerilya di pelosok desa, serangan di Yogyakarta itu dipimpin oleh Letkol Soeharto, Ventje Sumual, Mayor Sardjono, Mayor Kusno, Letnan Amir Murtopo, dan Letnan Masduki.
Strategi perang gerilya yang dilakukan dari provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur itupun membuahkan hasil. Akhirnya Belanda pun berhasil dipukul mundur.
Wah, hebat, ya, perang gerilya Jenderal Sudirman dan pasukannya berhasil membantu Indonesia mempertahankan kemerdekaannya!
(Penulis: Sarah Nafisah/Avisena Ashari)
Baca Juga: Ada Pola Hidup Vagetarian, Apa Efeknya Bagi Tubuh kalau Tidak Lagi Mengonsumsi Daging?
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR