Bobo.id – Hewan khas Australia apa saja yang teman-teman ketahui?
Mungkin banyak di antara teman-teman yang mengenal kanguru atau koala sebagai hewan khas Australia.
Tapi, tahukah kamu bahwa Australia juga dikenal memiliki banyak hewan berbahaya?
Hewan berbahaya yang dimaksud adalah hewan yang memiliki racun ataupun bisa, teman-teman.
Kira-kira mengapa di Australia ada banyak hewan berbahaya seperti ular paling berbisa, ya?
Apa Saja Hewan Berbahaya yang Ada di Australia?
Di Australia ada sekitar 66 spesies yang memiliki racun, teman-teman.
Sebenarnya, jumlah itu lebih sedikit jika dibandingkan dengan negara Meksiko yang memiliki 80 spesies beracun dan Brazil yang memiliki 79 spesies beracun.
Namun, hewan-hewan beracun yang ada di Australia umumnya merupakan hewan yang punya racun paling mematikan.
Beberapa di antara hewan paling beracun di dunia ada di Australia, misalnya seperti ubur-ubur box, siput marbled cone, gurita cincin biru, dan banyak yang lainnya.
Salah satu hewan berbahaya yang dikenal ditemukan di Australia adalah ular.
Dari 25 jenis ular paling berbisa di dunia, 20 di antaranya bisa ditemukan di Australia, lo. Ini termasuk ular paling berbisa di dunia, yaitu ular taipan pedalaman.
Baca Juga: Bukan Anakonda, Ternyata Inilah Pemangsa Terbesar di Seluruh Amazon! Pernah Tahu?
Ular taipan pedalaman hanya bisa ditemukan di Australia saja, teman-teman. Namun, seperti namanya, ia tinggal di wilayah pedalaman yang terpencil.
Yap, meskipun banyak hewan beracun atau berbisa kuat di Australia, hanya ada sedikit hewan yang bisa membahayakan nyawa manusia. Terutama karena mereka hanya menyerang manusia jika merasa terganggu.
Mengapa di Australia Ada Ular Paling Berbisa di Dunia?
Ternyata, alasan mengapa Australia jadi tempat tinggal hewan berbahaya seperti ular paling berbisa di dunia berhubungan dengan sejarah benua zaman dulu, nih.
Sekitar 180 juta tahun yang lalu, daratan Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika masih menjadi satu, teman-teman.
Seperti bagian benua lainnya, daratan itu perlahan-lahan terpisah.
Pertama, Afrika dan Amerika Selatan terpisah dan 40 juta tahun kemudian, India dan Madagaskar terpisah. Yang terakhir, Australia dan Antartika terpisah.
Selain Australia, ular-ular berbisa juga bisa ditemukan di Afrika, Amerika Selatan, India, dan Madagaskar, teman-teman. Ular tidak ditemukan di Antartika karena benua itu sangat dingin.
Nah, menurut ahli, ular-ular berbisa yang saat ini terbesar di tempat-tempat di atas awalnya memiliki satu nenek moyang yang berbisa juga.
Kemudian, karena perpisahan daratan itu, nenek moyang ular berbisa juga saling terpisah tempat tinggalnya.
Baca Juga: Selain Musang Madu, 5 Hewan Ini Juga Tidak Takut Melawan Ular Berbisa!
Evolusi Hewan
Menurut ahli, spesies ular di Australia yang ada di daratan maupun laut, semuanya berevolusi dari satu jenis nenek moyang ular berbisa.
Sementara, ular di benua lainnya memiliki beberapa nenek moyang, baik yang berbisa maupun tidak.
Kuatnya racun yang dimiliki setiap ular juga merupakan hasil dari evolusi, teman-teman.
Misalnya, ular yang racunnya kuat bisa lebih bertahan hidup, berkembang biak, dan menurunkan kekuatan bisa pada anaknya, lebih baik dibandingkan ular yang racunnya tidak terlalu kuat.
Nah, lama kelamaan ular yang memiliki racun semakin kuat juga semakin banyak. Ini adalah proses evolusi.
Evolusi hewan juga dipengaruhi lingkungan tempatnya hidup, teman-teman.
Misalnya, ular yang hidup di tempat kering dan panas, tidak memiliki banyak pilihan mangsa. Sehingga racun yang dimilikinya harus kuat agar bisa mengalahkan mangsanya.
Baca Juga: Ada Ular Masuk ke Rumah? Jangan Gunakan Garam untuk Mengusirnya! Gunakan Ini
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id/
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR