Bobo.id - Indonesia kaya akan berbagai satwa, sayangnya bari berbagai satwa itu, ada beberapa hewan yang digolongkan sebagai hewan langka.
Ini artinya, populasi hewan di alam liar jumlahnya sudah semakin menurun.
Kalau populasi hewan-hewan ini terus menurun, maka dikhawatirkan akan terjadi kepunahan, atau hewan itu sudah tidak bisa lagi kita temukan di manapun, baik alam liar maupun di kebun binatang.
Untuk itulah, perlu dilakukan tindakan untuk menyelamatkan populasi hewan langka yang ada di Indonesia. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan tindakan konservasi hewan langka.
Baca Juga: Simak Penjelasan tentang Video Tutorial Film Dokumenter di Video Ini
Konservasi merupakan cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan populasi hewan yang sudah dalam keadaan terancam punah.
Hewan yang ada di pusat konservasi akan diawasi dan dijaga dengan ketat oleh para petugas. Hal ini bertujuan agar hewan langka yang ada di pusat konservasi tetap terjaga dengan baik.
Selain itu, dilakukan juga upaya perkembangbiakan agar populasi hewan langka ini bertambah.
Nah, ada beberapa pusat konservasi hewan langka di Indonesia, salah satunya adalah Pusat Konservasi Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan.
Taman Nasional Tanjung Puting, Tempat Konservasi Terbesar untuk Orangutan
Orangutan merupakan salah satu hewan yang disebut sebagai hewan pintar. Selain itu, orangutan juga memiliki kemiripan DNA dengan manusia yang mencapai 97 persen.
Kemiripan orangutan dengan manusia yang dapat terlihat jelas adalah kedekatan anak orangutan dengan induknya, nih, teman-teman.
Induk orangutan akan mengajarkan berbagai hal kepada anaknya mengenai alam liar tempat mereka tinggal.
Selain itu, anak orangutan juga akan tinggal bersama induknya sampai usia tujuh tahun.
Baca Juga: Orang Utan adalah Salah Satu Primata Terpintar, Ini Fakta Orang Utan
Sayangnya, saat ini populasi orangutan semakin menipis. Maka dari itu, Taman Nasional Tanjung Puting saat ini menjadi tempat konservasi terbesar di Indonesia untuk orangutan.
Taman Nasional Tanjung Puting ini terletak di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Tengah.
Selain sebagai taman nasional, Tanjung Puting juga merupakan pusat rehabilitasi pertama di Indonesia yang dikhususkan untuk orangutan.
Namun selain orangutan, di Taman Nasional Tanjung Puting juga ada berbagai satwa lainnya, seperti bekantan, lutung merah, beruang, kancil, serta kucing hutan.
Awalnya, Taman Nasional Tanjung Puting Adalah Cagar Alam
Sebelum menjadi taman nasional, Tanjung Puting adalah sebuah cagar alam, kemudian berganti lagi menjadi suaka margasatwa.
Namun di tahun 1984, Tanjung Puting ditetapkan sebagai sebuah taman nasional yang juga menjadi pusat konservasi untuk orangutan.
O iya, sebelum menjadi Taman Nasional Tanjung Puting, tempat ini adalah cagar alam yang sudah ada sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, teman-teman.
Fungsinya sebagai cagar alam kemudian berubah menjadi suaka margasatwa dengan nama Suaka Margasatwa Sampit di tahun 1937.
Sebelum menjadi taman nasional, Suaka Margasatwa Sampit juga sudah digunakan untuk tujuan perlindungan hewan, terutama orangutan.
Baca Juga: Tak Hanya Menjijikkan, Kecoak Juga Bisa Berbahaya untuk Kesehatan! Salah Satunya Keracunan Makanan
Pengunjung Bisa Berwisata di Taman Nasional Tanjung Puting
Selain menjadi tempat konservasi orangutan, pengunjung juga bisa berwisata di Taman Nasional Tanjung Puting, lo.
Salah satu kegiatan wisata yang bisa dilakukan oleh pengunjung adalah susur Sungai Sekonyer yang ada di taman nasional ini.
Ketika melakukan susur Sunga Sekonyer, pengunjung akan menyusuri sungai menggunakan kapal klotok dan menikmati pemandangan tumbuh-tumbuhan yang ada di muara sampai hulu.
Pengunjung juga bisa melihat berbagai hewan, seperti bekantan yang berayun dari satu pohon ke pohon lainnya.
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR