Sementara teman-temannya sibuk bekerja, diam-diam Aryo menyelinap pergi. Ia gelisah. Jika benar yang datang adalah kakak kelas padepokan yang telah berhasil, wah, gawat.
Para lulusan yang datang punya kebiasaan menguji adik-adik kelas mereka di padepokan itu. Mereka sering memberi pertanyaan tentang pelajaran di padepokan.
Sebetulnya pertanyaan mereka bukan untuk mengetes sungguhan. Namun, bila tidak dapat menjawab, malu juga.
Telah berbulan-bulan Aryo menjadi murid di padepokan. Namun, belum satu pelajaran dasar pun ia kuasai. Ia memang agak lamban.
Sementara teman-temannya sudah menguasai kitab lanjutan. Ah, bagaimana nanti bila ditanya tamu yang datang?
Malam jatuh menyelimuti bumi. Hujan turun rintik-rintik. Padepokan Ngudi llmu lebih benderang daripada biasanya. Di pendapa, Ki Ajar dan murid-muridnya duduk rapi berbincang-bincang dengan Patih Setanagara.
Sesekali terdengar derai tawa. Pertemuan itu langsung akrab. Hanya Aryo Luhurbudi yang tidak tampak. Namun, tak seorang pun menyadari ketidakhadiran anak itu.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR