Bobo.id - Manusia memiliki lima indra utama yang penting untuk membantu aktivitas.
Ada indra perasa, indra peraba, indra penglihatan, indra penciuman, dan indra pendengaran.
Masing-masing indra ini menggunakan organ tubuh yang berbeda-beda, yaitu lidah sebagai indra perasa, kulit sebagai indra peraba, mata merupakan indra penglihatan, hidung sebagai indra penciuman, dan telinga sebagai indra pendengaran.
Jika organ pengindraan ini mengalami masalah, maka kita tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
Baca Juga: Apakah Semua Tumbuhan Berkembang Biak Menggunakan Bunga? Materi Belajar dari Rumah TVRI
Contohnya, ketika ada masalah pada telinga, maka teman-teman tidak bisa mendengarkan suara dengan baik, yang akan menyebabkan ada kesalahan saat menerima informasi.
Tahukah kamu? Tumbuhan juga ternyata memiliki alat pengindraan seperti manusia, lo, salah satunya adalah indra pendengaran.
Wah, bagaimana tumbuhan bisa mendengarkan suara yang ada di sekitarnya, ya?
Bunga Menjadi Indra Pendengaran Bagi Tumbuhan
Peneliti menemukan hasil penelitian terbaru yang menunjukkan kalau bunga adalah bagian yang digunakan oleh tanaman sebagai indra pendengaran atau sebagai telinga.
Dengan menggunakan bunga sebagai telinganya, tanaman bisa mendengar dengungan lebah yang terbang di sekitarnya.
Hasil ini didapatkan setelah melakukan pengamatan terhadap bunga Oenothera atau primrose malam.
Setelah mengamati bunga primrose malam tersebut, ternyata gelombang suara sayap lebah lebih terasa lewat kelopak bunga.
Selain bisa digunakan untuk sebagai telinga oleh tanaman, bunga juga dianggap mampu menghilangkan suara mengganggu seperti suara angin.
Baca Juga: Bukan Berwarna Merah, Stroberi White Jewel Berwarna Putih dan Berharga Tinggi
Jumlah Gula pada Nektar Bunga akan Meningkat
Bunga yang berguna sebagai telinga bagi tanaman ternyata berpengaruh ke produksi nektar pada, nih, teman-teman.
Dari penelitian yang dilakukan, ahli menemukan kalau bunga akan memproduksi nektar yang lebih manis ketika mendengar suara dengungan lebah yang lewat di dekatnya.
Saat ada lebah yang lewat di dekatnya, diketahui kadar gula dalam nektar pada bunga meningkat sekitar 20 persen, lo.
Meningkatnya kadar gula dalam nektar pada bunga diyakini sebagai cara atau respons yang digunakan bunga untuk memikat lebah yang lewat.
Peneliti menduga hal tersebut berguna sebagai cara bunga untuk meningkatkan peluang penyebaran serbuk sari yang lebih maksimal.
Penelitian Menggunakan Gelombang Suara yang Berbeda
Untuk mengetahui apakah tanaman memang bisa mendengar melalui bunga, para ilmuwan melakukan pengukuran terhadap produksi nektar menggunakan suara.
Pengukuran tersebut dilakukan saat tidak ada suara, suara pada tiga tingkat frekuensi yang berbeda, yaitu rendah, menengah, dan tinggi, serta gelombang suara dengung lebah.
Hasilnya, produksi nektar pada bunga berubah dengan cepat hanya dalam tiga menit saat tanaman mendengar gelombang suara dari dengung lebah.
Sedangkan saat sedang sunyi dan ada frekuensi pada tingkat yang berbeda, tidak ada perubahan produksi nektar yang terjadi.
Para ilmuwan kemudian mencoba menghilangkan kelopak bunga pada tanaman untuk melihat efeknya pada produksi nektar.
Setelah menghilangkan kelopak bunga, tercatat tidak ada produksi nektar yang terjadi saat ada gelombang suara lebah yang lewat di sekitar bunga, nih, teman-teman.
Baca Juga: Termasuk Salah Satu Kucing yang Pandai Berburu, Berikut Fakta Unik Mengenai Kucing Caracal
Hal tersebut semakin memperkuat bukti bahwa bunga pada tanaman berfungsi sebagai telinga untuk mengetahui lingkungan sekitarnya.
Fungsi bunga sebagai telinga pada tanaman bisa menjelaskan kenapa banyak bunga yang berbentuk seperti mangkuk, yaitu kemungkinan agar bisa menangkap suara lebih baik.
Tonton video ini juga, yuk!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR