Karena, sistem kekebalan tubuh mengandung banyak zat yang berbeda untuk membantu tubuh melawan infeksi.
Kondisi ini mencakup berbagai jenis sel yang berkomunikasi satu sama lain melalui sinyal, yang dikenal dengan sitokin.
Sedangkan ada berbagai jenis sitokin dengan fungsi yang berbeda-beda.
Beberapa sitokin berfungsi merekrut sel-sel kekebalan lainnya, sementara lainnya memproduksi antibodi atau sinyal rasa sakit yang nantinya akan dirasakan oleh tubuh.
Sitokin lainnya bertugas agar pembekuan darah lebih mudah. Ada juga yang membantu menghasilkan peradangan yang dapat membuat pembuluh darah lebih bocor dari biasanya dan sitokin lainnya akan bertugas meredam respon peradangan tubuh.
Produksi dan kerja sitokin harus seimbang agar tidak menyebabkan peradangan berlebihan atau masalah lain pada tubuh.
Jika kondisi tubuh sedang normal, sitokin bekerja untuk membantu mengarahkan respon sistem kekebalan tubuh untuk menangani zat menular, seperti virus atau bakteri.
Yang menjadi masalah, terkadang respon peradangan tubuh kita bisa terlalu berlebihan dan menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan.
Kadang-kadang tubuh memproduksi terlalu banyak sitokin peradangan tapi tidak cukup sitokin yang mengalihkan peradangan.
Sitokin peradangan akan meyerang diluar kendali tanpa keseimbangan sitokin antiperadangan.
Pada orang yang sedang mengidap sindrom badai sitokin, sitokin tertentu bisa ada di dalam darah dan jumlahnya lebih tinggi dari batasan normal.
Pada pasien yang sedang terkena COVID-19, ditemukan peningkatan sitokin peradangan yang menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut, penyebab utama kematian pada pasien COVID-19.
Sindrom badai sitokin dapat menyebabkan gejala yang berbeda-beda. Bisa saja gejalanya ringan, seperti terkena flu.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Thea Arnaiz |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR