Bobo.id - Upacara Adat dari Jawa Timur jumlahnya banyak dan beragam, salah satunya Upacara Adat Keduk Beji.
Upacara Adat Keduk Beji adalah upacara adat yang dilakukan untuk membersihkan sendang (danau) di desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi.
Keduk Beji diambil dari dua kata, yaitu Keduk dan Beji. Keduk berarti membersihkan, sedangkan Beji adalah nama tempat yang dibersihkan.
Sendang Beji dipercaya oleh masyarakat desa Tawun sebagai tempat yang sakral.
Sumber air ini digunakan untuk mengairi lahan pertanian dan menyuplai air pemandian di tempat wisata Tawun.
Baca Juga: Upacara Adat Sulawesi Selatan: Rambu Solo dan Rambu Tuka, Apa Bedanya?
Di samping Sendang Beji terdapat makam leluhur dari desa Tawun.
Menurut kepercayaan masyarakat, Sendang Beji menyimpan kekuatan mistis, sehingga tempat ini harus dikeramatkan.
Maka dari itu, masyarakat mengadakan upacara penghormatan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Lalu, apa sejarah yang menjadi latar belakang diadakannya Upacara Adat Keduk Beji?
Selain itu, apa saja tradisi dan ritual yang dilakukan oleh masyarakat? Berikut ini penjelasannya.
Sejarah Upacara Adat Keduk Beji
Menurut legenda, bahwa pada abad ke-15 di daerah Padas (yang saat ini disebut Kasreman), seorang pengembara bernama Ki Ageng Metawun menemukan sendang.
Ki Ageng memiliki dua putera, yaitu Seconegoro dan Ludrojoyo.
Seconegoro ketika dewasa menjadi senopati Mataram, sedangkan Ludrojoyo tinggal di desa dan mempedulikan nasib petani.
Para petani merasa kekurangan air karena sendang berada di posisi yang lebih rendah.
Akhirnya pada hari Kamis Kliwon, Ludrojoyo bertapa dengan cara merendam diri di dalam air di sendang.
Baca Juga: Upacara Adat Jawa Timur Kasada Bromo: Sejarah, Tujuan, dan Ritual
Namun, ketika tengah malam terjadilah suasana yang menyeramkan. Cahaya bulan tiba-tiba tertutup awan tebal dan terdengar suara ledakan yang keras.
Ketika warga masyarakat datang berbondong-bondong ke Sendang Beji, Raden Ludrojoyo sudah tidak ada di tempatnya. Ia menghilang.
Bersamaan dengan kejadian tersebut, sendang juga berpindah posisi ke daerah yang lebih tinggi.
Setelah warga masyarakat menguras air di sendang tersebut, mereka masih tidak bisa menemukan Raden Ludrojoyo.
Oleh karena itu, hingga saat ini warga masyarakat Kasreman menghormati peristiwa tersebut dengan mengadakan tradisi Keduk Beji.
Tradisi Upacara Adat Keduk Beji
Upacara Adat Keduk Beji berlangsung selama lima hari, sejak hari Kamis Kliwon hingga Selasa Kliwon.
Pada hari Kamis, masyarakat akan mengadakan upacara selamatan panggang tumpeng di kediaman para keturunan asli Tawun.
Hari Jumat Legi seluruh masyarakat dari empat padukuhan berkumpul di Sarehan Sentono untuk melakukan selamatan bersama.
Hari selanjutnya, yaitu Sabtu Pahing akan diadakan acara Gugur Gunung, bergotong royong membersihkan lingkungan desa.
Minggu Pon warga masyarakat beristirahat dan tidak ada acara apapun.
Baca Juga: 5 Upacara Adat Maluku, Ada Tradisi Sasi hingga Makan Patita
Acara diadakan kembali pada hari Senin Wage dengan membuat gunungan di halaman sumber Beji.
Selain itu, juga warga juga memasang hiasan janur di pendopo Sumber Beji, dan melakukan mandi bersama warga dan Kepala Desa yang dimulai pukul 17.00 WIB.
Pada hari Selasa Kliwon, pukul 05.00 dini hari warga mengadakan selamatan dengan menyembelih kambing.
Puncak acara terjadi pada pukul 09.00 WIB, masyarakat melaksanakan bersih desa di wilayah sekitar sendang.
Setelah itu melakukan pembersihan Sendang Beji yang dilakukan oleh seluruh warga yang mengikuti acara tersebut.
Adapun ritual yang dilakukan dalam Upacara Adat Keduk Beji ini adalah mandi lumpur, penyilepan, dan pemberian sesaji.
Ritual mandi lumpur dilakukan oleh seluruh pemuda, sambil membersihkan setiap sudut sendang tersebut.
Pada pukul 24.00 WIB, barulah diadakan ritual penyilepan atau menyelam. Orang yang dipilih untuk melakukan ritual ini adalah Juru Kunci atau keturunan asli sesepuh desa.
Baca Juga: 4 Upacara Adat Jawa Barat: Tujuan dan Cara Pelaksanaannya
Juru kunci tersebut mengenakan Pakaian Kebesaran, dilumuri bedak, dan diberi penanda janur pada lengan dan kepala.
Selanjutnya, Juru Kunci membakar dupa dan menyelam selama beberapa menit di dalam Sendang Beji.
Ia menyelam sambil memasukkan sesaji berupa air tape ketan ke dalam kendi kecil yang berada di pusat sumber di dalam sebuah gua.
Makna dan filosofi dari ritual-ritual ini yaitu sebagai wujud ungkapan syukur atas berkah yang sudah diberikan melalui sumber air tersebut.
Nah, itulah penjelasan mengenai Upacara Adat Keduk Beji.
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | warisanbudaya.kemdikbud.go.id |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Tyas Wening |
KOMENTAR