Kemudian dagingnya akan dibagikan kepada rakyatnya sebagai tanda syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas kesejahteraan dan kemakmuran negeri Aceh.
Tujuan lainnya, juga berdasarkan rasa terima kasih sultan pada rakyatnya karena sudah mendukung pemerintahannya.
Seiring berjalannya waktu, upacara adat meugang sudah mengakar di dalam masyarakat Aceh yang tidak mudah dihilangkan.
Upacara adat meugang juga dimasukkan ke dalam undang-undang Kesultanan Aceh dan diatur tata cara pelaksanaannya.
Tata cara pelaksanaan meugang ini dilakukan dengan mendata jumlah fakir miskin dan akan yatim piatu sekitar satu bulan sebelum hari puasa tiba.
Baca Juga: 5 Upacara Adat Maluku, Ada Tradisi Sasi hingga Makan Patita
Jika ada rakyat yang kekurangan untuk membeli hewan kurban, Kesultanan akan membantu sebagian biayanya.
Namun, setelah runtuhnya Kesultanan Aceh pada abad 20. Tidak ada lagi yang mengatur secara resmi upacara adat ini.
Akhirnya, meugang tetap dilakukan oleh masyarakat Aceh secara mandiri atau iuran, tanpa bantuan Kesultanan lagi.
Meugang Sebagai Waktu Berkumpul Bersama Keluarga
Tentunya bagi masyarakat Aceh, upacara adat meugang adalah perayaan untuk semakin mendekatkan rakyat Aceh secara kekeluargaan.
Meugang menjadi media berbagi rezeki dan ucapan syukur bagi rakyat Aceh sengan saling berbagi terhadap sesamanya.
Mereka akan saling mengunjungi saudara dan tetangga untuk berbagai hasil masakan dari daging kurban yang sudah disembelih.
Source | : | bnpb.go.id,acehprov.go.id |
Penulis | : | Thea Arnaiz |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR