Bobo.id - Ada berbagai upacara adat Sulawesi Selatan yang sampai saat ini masih dijalankan karena mengandung makna atau tujuan khusus.
Misalnya saja upacara adat yang diadakan sebagai ungkapan duka, sebagai ungkapan syukur, sebagai ritual untuk memulai sesuatu, dan berbagai tujuan lain dari upacara adat.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan berbagai budaya juga memiliki berbagai upacara adat yang dilakukan atau diadakan untuk memaknai peristiwa tertentu.
Contohnya adalah tiga upacara adat Sulawesi Selatan yang dilakukan sebagai ucapan syukur atas hasil panen berikut ini.
Apa saja, ya?
Baca Juga: Upacara Adat Aceh Meugang: Sejarah, Tujuan, dan Tata Cara Pelaksanaan
1. Mappadendang
Suku Bugis yang ada di Sulawesi Selatan memiliki upacara adat bernama Mappadendeng yang dilakukan sebagai ritual untuk merayakan masa panen.
Mappadendeng dilakukan dengan cara menumbuk gabah yang sudah diletakkan pada lesung dengan menggunakan bambu atau kayu.
Tujuan dari ritual ini adalah untuk menyucikan gabah sebelum menjadi beras yang akan dikonsumsi oleh masyarakat.
Saat bambu atau kayu dipukulkan ke lesung, maka akan ada bunyi-bunyian indah yang tercipta.
Dari suara inilah, beberapa orang laki-laki akan mulai menari dan menyanyi, yang isinya adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang sudah memberikan rezeki.
2. Mallanca
Mallanca adalah tradisi yang dilakukan oleh penduduk yang ada di Kecamatan Moncongloe, Bone, Sulawesi Selatan.
Tradisi Mallanca ini disebut juga sebagai adu betis, lo, teman-teman, sebab Mallanca dilakukan dengan cara mengadu betis pemain yang ada di masing-masing kelompok.
Meski pemain dari masing-masing kelompok mengadu kekuatan lewat adu betis, tidak ada yang dianggap menang maupun kalah di tradisi ini, karena sebenarnya adu betis ini bukanlah sebuah perlombaan.
Tujuan dari diadakannya tradisi ini adalah sebagai ungkapan syukur dari panen yang sudah didapatkan.
Baca Juga: Tari Kipas Pakarena: Mitos, Properti, Gerakan dan Maknanya
Selain itu, tradisi Mallanca ini juga berguna untuk meningkatkan hubungan dan kerukunan antar masyarakat.
Sebab, dalam tradisi ini, seluruh warga masyarakat sekitar ikut terlibat, bukan hanya pemainnya saja.
Mallanca dilakukan di Makam Gallarang Moncongloe, yaitu makam leluhur Desa Moncongloe.
Nah, keterlibatan warga dalam hal ini adalah perempuan yang ada di desa ini akan menyiapkan makanan untuk dimakan bersama-sama sebelum Mallanca dilakukan.
3. Katto Bokko
Kerajaan Marusu yang ada di Maros, Sulawesi Selatan juga memiliki upacara adat yang digelar sebagai ucapan syukur atas panen yang dilakukan.
Upacara adat Sulawesi Selatan yang digelar Kerajaan Marusu ini bernama Katto Bokko, yang juga menjadi daya tarik dari Kabupaten Maros.
Katto Bokko digelar setiap tahun sebagai ungkapan syukur saat datangnya masa panen.
Upacara adat ini dilakukan dengan masyarakat yang melakukan panen bersama-sama di sawah adat, yang disebut juga sebagai torannu.
Baca Juga: Tradisi Unik Lebaran di Indonesia, Mulai dari Mudik Hingga Pembagian THR
Untuk menuju torannu, warga masyarakat akan berjalan beriringan dengan memakai pakaian adat Bugis-Makassar.
Hasil panen yang sudah didapatkan kemudian akan diikat, dihias, dan diarak ke rumah adat.
Jika hasil panen sudah terkumpul, kemudian dilakukan upacara adat yang dipimpin oleh seorang pemangku adat.
Baca Juga: Perbedaan Warisan Budaya Tak Benda dan Warisan Budaya Benda
Hal yang unik dari hasil panen ini adalah alat pemanen tradisional bernama anai-anai yang masih digunakan dan jenis padi yang ditanam adalah padi yang sudah turun-temurun ditanam.
Itulah tiga upacara adat Sulawesi Selatan yang masih dilakukan sampai saat ini sebagai ungkapan syukur atas panen yang dilakukan.
Apa upacara adat sebagai ucapan syukur yang ada di tempat teman-teman?
Tonton video ini juga, yuk!
-----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR