Bobo.id - Sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa, Indonesia memiliki banyak flora fauna yang unik.
Namun, dari sekian banyak jenis fauna di Indonesia ada beberapa jenis yang memiliki status dilindungi karena jumlahnya yang terus berkurang atau nyaris punah.
Di Pulau Jawa ada delapan jenis hewan yang nyaris punah.
Jumlah hewan yang terus berkurang ini biasanya disebabkan habitat atau tempat tinggal yang hilang atau rusak.
Baca Juga: Dikenal sebagai Burung yang Berbahaya! Ini 6 Fakta Unik Burung Kasuari, Fauna Khas Papua
Selain itu, perburuan liar juga menjadi salah satu penyebab punahnya beberapa jenis hewan.
Berikut delapan jenis hewan khas di Pulau Jawa yang statusnya dilindungi.
Fauna Dilindungi Di Jawa
1. Macan Tutul Jawa
Macan tutul Jawa atau Pathera pardus melas merupakan salah satu hewan buas dan liar yang kini jumlahnya terus berkurang hingga terancam punah.
Pada tahun 2008 macan tutul Jawa atau macan kumbang hanya ditemukan kurang dari 250 ekor.
Penurunan jumlah macan kumbang ini karena berkurangnya habitat alami yaitu berupa hutan rimbun di Pulau Jawa.
2. Elang Jawa
Hewan lain yang terancam punah adalah elang Jawa atau Nisaetus bartelsi.
Hewan ini biasa ditemukan di hutan-hutan sekitar Pulau Jawa.
Jenis burung predator ini hidup dengan memakan mamalia kecil dari tikus hingga burung kecil lainnya.
Daya jelajah hewan ini cukup luas, bahkan burung ini bisa terbang sejauh 400 hektar dari sarangnya, lo.
Elang Jawa ini mulai dilindungi karena banyaknya pemburu liar yang menangkapnya.
Selain itu, kemampuan reproduksi hewan ini sangat rendah.
Dalam satu tahun, elang Jawa hanya bisa bertelur sekali.
Baca Juga: Suka Menjilat Batu hingga Sering Dikira Kerbau, Ini Fakta Unik Anoa yang Nyaris Punah
3. Owa Jawa
Owa Jawa dengan nama latin Hylobates moloch adalah jenis primata yang jumlahnya terus menurun atau menuju punah.
Hewan dengan ciri warna keabu-abuan dengan sisi kepala lebih gelap ini lebih sering ditemui di Pulau Jawa bagian barat.
Jumlah primata ini menjadi terus berkurang karena banyaknya perburuan liar pada hewan ini.
Selain itu, hewan ini memiliki sifat memiliki pasangan satu untuk seumur hidup.
Jika induk atau pejantan tertangkap pemburu, maka pasangannya akan hidup menyendiri tanpa pasangan baru.
Jangka kelahiran setiap owa juga cukup lama, induk owa akan melahirkan satu anak dan perlu beberapa tahun untuk kembali melahirkan anak.
Kini sebagian besar owa yang masih ada, dijaga ketat di beberapa tanam nasional di daerah Jawa bagian barat.
4. Badak Jawa
Termasuk hewan endemik Pulau Jawa, ternyata hewan ini memiliki jumlah yang tidak banyak.
Badak Jawa atau badak bercula satu dengan nama latin Rhinoceros sondaicus diketahui hanya tersisa 74 ekor di Pulau Jawa.
Berkurangnya jumlah hewan ini karena sistem reproduksi yang lambat dan adanya perburuan liar.
Banyak manusia melakukan perburuan liar pada hewan ini hanya untuk mengambil culanya.
Karena itu, perburuan liar menjadi penyebab utama dari kondisi badak yang menuju punah.
Kini hewan ini berada dalam wilayah konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon.
Program konservasi ini memberikan dampak baik, karena pada September 2020 ada dua ekor bayi badak yang lahir.
5. Banteng Jawa
Binatang khas Pulau Jawa lainnya adalah banteng Jawa dengan nama latin Bos javanicus.
Hewan yang dikenal kuat ini, ternyata memiliki jumlah yang terus berkurang atau nyaris punah.
Kini banteng Jawa berada di bawah perlindungan Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Baluran.
Baca Juga: Mengulik 5 Fakta Menarik Burung Jalak Bali, Fauna Endemik Indonesia yang Sempat Nyaris Punah
Selain di Pulau Jawa, hewan ini juga berada di Pulau Bali yaitu di Taman Nasional Bali Barat.
Berkurangnya populasi hewan ini karena berkurangnya habitat atau tempat tinggal alami.
Banyaknya pembukaan lahan perkebunan membuat banteng Jawa tidak memiliki tempat tinggal.
Selain itu, hewan ini mengalami ancaman pemangsa dari anjing liar atau ajag.
Ajag adalah jenis anjing liar yang memiliki bentuk seperti serigala.
6. Babi Kutil
Babi kutil adalah salah satu hewan endemik di Pulau Jawa yang kini terancam punah.
Hewan dengan nama latin Sus verrucosus ini memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan babi hutan.
Babi kutil atau babi bagong memiliki habitat di hutan dan padang rumput yang sangat sulit untuk ditemukan.
Pada awalnya, para peneliti menduga hewan ini sudah punah.
Tapi pada tahun 2017, babi kutil ini mulai ditemukan walau dalam jumlah sedikit.
Babi kutil ini mengalami penurunan populasi karena berkurangnya habitat atau tempat tinggal.
Hal itu membuat babi kutil berpindah ke pemukiman penduduk untuk mencari makan.
7. Kukang Jawa
Hewan nokturnal yaitu kukang Jawa merupakan salah satu hewan yang dilindungi oleh pemerintah.
Kukang Jawa atau Nycticebus javanicus ini memiliki ciri khas berupa kelenjar racun di bawah ketiaknya.
Kelenjar racun itu berfungsi untuk mempertahankan diri dari pemangsa.
Selain dilindungi oleh pemerintah, kukang Jawa juga dilindungi oleh organisasi internasional CITES.
CITES merupakan perjanjian internasional mengenai konservasi alam.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Flora dan Fauna Indonesia Bagian Tengah, Lengkap dengan Ciri dan Contohnya
8. Burung Trulek Jawa
Hewan terakhir ini mungkin sangat jarang teman-teman dengar atau lihat yaitu burung trulek Jawa.
Trulek Jawa sebelumnya pernah dinyatakan punah, namun pada tahun 2000 ada beberapa ekor hewan ini ditemukan.
Kini unggas satu ini berada dalam kondisi kritis karena jumlahnya yang sangat sedikit.
Burung ini merupakan burung pantai sehingga lebih banyak ditemukan di wilayah pantai di Jawa.
Hewan ini hidup dengan menangkap ikan di lautan.
Berkurangnya hewan ini karena banyaknya perburuan serta pengurangan habitat alaminya.
Nah, itu tadi delapan hewan khas Jawa yang berada dalam ambang kepunahan.
Sebagian besar hewan ini nyaris punah karena ulah manusia yang masih terus melakukan perburuan liar.
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Kompas.com,Indonesia.go.id |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR