Bobo.id - Mungkin teman-teman mengenal sebutan pahlawan nasional sebagai sosok yang berperang melawan penjajah.
Tapi tidak semua pahlawan nasional melakukan perlawan dengan mengangkat senjata, tapi ada juga dengan menjadi pendidik atau guru.
Pada peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh pada hari ini, Kamis (25/11/2021) pemerintah memperingati dengan tema 'Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan'.
Tema itu digunakan karena kondisi pandemi yang belum berakhir, sehingga sekolah harus dilakukan secara daring atau jarak jauh.
Baca Juga: Hari Guru Sedunia 2021: Ini Sejarah, Tema, dan Acara Perayaannya
Selama pandemi ini, para guru pun berjuang untuk tetap memberikan pembelajaran terbaik.
Perjuangan para guru sekarang tidak kalah dengan perjuangan para guru pada zaman penjajahan.
Pada masa penjajahan, banyak anak-anak pribumi atau asli Indonesia yang sulit mendapatkan pendidikan.
Sehingga beberapa pahlawan nasional melakukan kegiatan belajar mengajar secara sembunyi-sembuyi.
Para pahlawan tersebut berjuang keras untuk mencerdaskan anak-anak agar bisa terbebas dari penjajahan.
Bahkan para pahlawan tersebut menjadi guru hingga dirikan sekolah untuk anak-anak pribumi.
Ada tiga pahlawan nasional yaitu Ki Hajar Dewantara, Raden Ajeng Kartini, dan Raden Dewi Sartika yang berjuang untuk dunia pendidikan saat itu.
Berikut perjuangan mereka di dunia pendidikan dari menjadi guru hingga dirikan sekolah.
1. Ki Hajar Dewantara
Tokoh satu ini tentu tidak diragukan lagi akan perannya dalam dunia pendidikan.
Teman-teman juga pasti sudah tahu tentang kehebatan dari Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan, hingga mendapat julukan sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.
Baca Juga: Sambut Hari Guru Nasional, Ini Sejarah Singkat dan Tema Hari Guru Nasional 2021
Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama RM Soewardi Soerjaningrat yang lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889.
Bukan terlahir sebagai orang biasa, Ki Hajar Dewantara adalah cucu dari Sri Pakualam III.
Karena terlahir di lingkungan keraton, Ki Hajar Dewantara mendapatkan pendidikan lengkap.
Meski memiliki keistimewaan itu, Ki Hajar Dewantara tidak lupa dengan kondisi sekitarnya.
Ia sempat berjuang dengan mendirikan partai polik, untuk kemerdekaan Indonesia. Namun, partai tersebut ditolak dan ia diasingkan ke Pulau Bangka.
Setelah selesai masa pengasingan, Ki Hajar Dewantara kembali melakukan perjuangan di jalur pendidikan.
Ia bersama dengan teman-temannya mendirikan sebuah sekolah bercorak nasional yang bernama National Onderwijs Institut Taman Siswa atau Perguruan Nasional Taman Siswa.
Sekolah itu berdiri pada 3 Juli 1922 di tempat kelahirannya, yaitu Yogyakarta.
Di tempat itu, para kaum pribumi kelas bawah bisa bersekolah dan mendapat pendidikan yang layak.
Ia banyak mengajarkan anak-anak pribumi tentang pentingnya rasa kebangsaan.
2. Raden Adjeng Kartini
Pahlawan nasional selanjutnya adalah Raden Adjeng (RA) Kartini.
Nama RA Kartini tentu sudah tidak asing bagi teman-teman, bahkan hari kelahiran pahlawan perempuan ini pun selalu diperingati setiap tahunnya.
Tokoh yang lahir di Jepara pada 21 April 1879, ini banyak memperjuangankan hak-hak perempuan selama masa penjajahan.
RA Kartini tumbuh sebagai perempuan yang sama dengan perempuan lainnya pada masa itu.
Baca Juga: Kisah Pak Samsudin di Indramayu yang Menyelamatkan Hutan Bakau Lewat Dongeng dan Boneka
Ia menjalani masa pingitan yang ketat hingga berusia 12 tahun.
Walau menjalani pingitan, RA Kartini tetap menjalin hubungan dengan beberapa temannya di Eropa melalu surat.
Ia banyak berdiskusi dengan teman-temannya tentang kondisi disekitarnya dan impiannya membangun sekolah khusus perempuan.
Setelah menikah, RA Kartini tidak berhenti melanjutkan mimpinya untuk mendirikan sekolah.
Dengan restu dari suaminya KRM Adipai Ario Singgih Djojo Adhiningrat, RA Kartini mendirikan sekolah yang terletak di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.
Ia pun sangat senang karena impiannya menjadi guru dan memiliki sekolah tercapai.
Namun, profesi barunya itu tidak berlangsung lama.
Setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya, RA Kartini jatuh sakit hingga akhirnya meninggal pada 17 September 1904.
3. Raden Dewi Sartika
Selain RA Kartini, ada satu lagi pahlawan perempuan yang memiliki perjuangan luar biasa dalam dunia pendidikan.
Ia adalah Raden Dewi Sartika yang lahir pada 4 Desember 1884 di Cicalengka, Bandung.
Perempuan ini lahir dari keluarga Sunda yang ternama sehingga bisa mengenyam pendidikan dengan baik pada masa itu.
Namun, Dewi Sartika pernah mengalami masa sulit setelah ayahnya diasingkan ke Ternate.
Baca Juga: Jelang Hari Dokter Nasional, Ini Dia Perkembangan Pendidikan Dokter di Indonesia Sejak Abad Ke-18
Pada masa sulitnya itu, Dewi Sartika memiliki keresahan pada pendidikan kaum perempuan di Sunda.
Ia pun berkeinginan untuk membuat sebuah sekolah khusus untuk perempuan.
Atas kerja kerasnya, ia berhasil mendirikan Sekolah Istri pada tanggal 16 Januari 1904.
Dengan adanya sekolah itu, banyak perempuan Sunda yang mulai mendapat pendidikan.
Nah, itu tadi tiga pahlawan nasional yang berjuang di jalur pendidikan untuk memerdekakan Indonesia.
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com,gramedia.com,kemenkeu.go.id |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR